Kebun Bunga

menyediakan bunga, pohon, dan bibit tanaman buah

Sabtu, 03 November 2012

Identifikasi Morfologi Tanaman Kakao


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kakao merupakan salah satu jenis tanaman tahunan yang umumnya memiliki system perakaran yang sangat kuat. Kakao ini sendiri merupakan tanaman dikotil yang hidup pada daerah dataran tinggi maupun dataran rendah bergantung pada jenis kakao yang dibudidayakanTanaman coklat memiliki system akar tunggang, yaitu akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil. Akar pokok berasal dari akar lembaga. Akar tunggang tanaman coklat bercabang (ramosus). Akar tunggang ini berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus ke bawah, bercabang-cabang banyak, dan cabang-cabangnya bercabang lagi, sehingga dapat memberi kekuatan yang lebih besar pada batang, dan juga daerah perakaran menjadi amat luas, hingga dapat diserap air dan zat-zat makanan yang lebih banyak. Warna akarnya adalah kecoklatan.pada umumnya akar tanaman kakao menyebar kearah samping dan kedalam tanah untuk memperoleh hara yang terdapat dalam tanah.
Secara fisiologi tanaman kakao mudah untuk dibedakan dengan tanaman lainnya. Hal ini karena bentuk batang yang mudah dibedakan dengan jenis tanaman berkayu lainnya. Pada Theobroma cacao merupakan tanaman dengan batang berkayu (lignosus) yaitu batang yang biasanya keras dan kuat, karena sebagian besar terdiri atas kayu, yang terdapat pada pohon-pohon (arbores). Tanaman coklat merupakan pohon yaitu tumbuhan yang tinggi besar, batang berkayu dan bercabang jauh dari permukaan tanah. Bentuk batangnya adalah bulat (teres). Tanaman coklat mempunyai batang yang di bagian bawahnya lebih besar dan keujung semakin mengecil. Cara percabangannya adalah monopodial, yaitu batang pokok selalu tampak jelas karena lebih besar dan lebih panjang daripada cabang-cabangnya. Arah tumbuh cabangnya adalah condong keatas (patens). Tanaman coklat biasanya mempunyai tinggi sekitar 5-10 m. Warna batangnya adalah coklat kotor. AKAR (Radix). Batang tanaman kakao ini pada umumnya tidak terlalu besar hal ini, karena adanya proses perawatan berupa pemangkasan yang mengharuskan tanaman kakao memiliki cabang produktif yang banyak sehingga cabang yang tidak produktif dibuang.
Kakao termasuk golongan tanaman tahunan yang tergolong dalam kelompok tanaman caulofloris, yaitu tanaman yang berbunga dan berbuah pada batang dan cabang. Tanaman ini secara garis besar dapat dibagi atas dua bagian, yaitu bagian vegetatif yang meliputi akar, batang serta daun dan bagian generatif yang meliputi bunga dan buah. Tanaman ini merupakan tanaman dengan batang berkayu (lignosus) yaitu batang yang biasanya keras dan kuat, karena sebagian besar terdiri atas kayu, yang terdapat pada pohon-pohon (arbores). Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon , di alam dapat mencapai ketinggian 10 m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5 m tetapi dengan tajuk  menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif. Cabang produktif ini akan menghasilkan buah kakao yang maksimal dengan kualitas yang baik. Oleh karena itu, sering dilakukan pemeliharaan yang cukup efisien pada cabang efektif tanaman kakao. Pada pembudidayaan tanaman kakao pada umumnya digunakan tinggi maksimal 5m, hal ini dilakukan karena dengan ketinggian 5m diharapkan dapat memudahkan proses pemanenan. Tanamn yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kualitas buah kakao akan menurun sehingga digunakan tinggi maksimal 5m.

1.2  Tujuan
Mahasiswa mampu mengenali dan menggambarkan karakteristik morfologi (akar, batang, daun bunga buah dan biji) tanaman kakao.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu kendala perbanyakan kakao melalui kultur jaringan adalah sulitnya embriogenesis, yang diduga melibatkan satu atau lebih gen kunci yang menentukan proses tersebut. Keberhasilan mengidentifikasi gengen kunci akan membantu menyelesaikan masalah dalam regenerasi embrio kakao. Salah satu gen yang diduga terlibat dalam proses ini adalah AGAMOUS-like 15 (AGL-15). Gen ini berperan pada regulasi selama masa awal perkembangan embrio beberapa tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi homolog AGL-15 pada kakao melalui pendekatan bioinformatika dan RT-PCR. Penelitian diawali dengan identifikasi homolog AGL-15 dari DNA genomik daun kakao menggunakan primer heterologus. Sekuen fragmen homolog AGL-15 yang diperoleh, kemudian digunakan untuk merancang primer spesifik AGL-15 yang berukuran lebih panjang (Feny, 2006).
Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia dimana bila dilakukan fermentasi denganbaik dapat mencapai cita rasa setara dengan kakao berasal dari Ghana dan keunggulan kakao Indonesia tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai untuk blending. Sejalan dengan keunggulan tersebut, peluang pasar kakao Indonesia cukup terbuka baik ekspor maupun kebutuhan dalam negeri. Dengan kata lain, potensi untuk menggunakan industri kakao sebagai salah satu pendorong pertumbuhan dan distribusi pendapatan cukup terbuka (Semangun, 2000).
Penggerek buah kakao (PBK) (Conopomorpha cramerella Snell.) adalah salah satu hama penting yang dapat menimbulkan kehilangan hasil hingga 90% (Anonim 2000). Larva serangga hama ini memakan plasenta buah yang merupakan saluran makanan menuju biji sehingga mengakibatkan penurunan hasil dan mutu biji kakao. Kehilangan hasil terjadi karena buah kakao yang terserang PBK bijinya menjadi lengket dan kandungan lemaknya menurun. Serangan pada buah kakao muda mengakibatkan kehilangan hasil yang lebih besar karena buah akan mengalami kerusakan dini dan tidak dapat dipanen PBK dapat menurunkan hasil kakao 80−90% (Libongan, 2011).
Berdasarkan data Agroculture (2008), C. theobromae telah menyerang perkebunan kakao di Sulawesi Tenggara dan Maluku sejak tahun 1980an. Penyakit pembuluh kayu kini menjadi penyakit penting pada tanaman kakao di Indonesia. Akhir tahun 2009 patogen ini ditemukan di perkebunan kakao Jembrana, Bali (Wawancara langsung Dirgorahanto, 12 April 2011). Terdapat 110.614 tenaga kerja kakao di Jembrana yang mengalami kerugian, akibat tanaman kakao yang tidak produktif sejak tahun 2010 (rekap luas areal dan produksi komoditas perkebunan Kabupaten Jembrana tahun 2010). Penyakit pembuluh kayu menyebabkan kehilangan hasil sekitar 30.000 ton per tahun dan kerugian sebanyak US $ 28.000.000 per tahun di dunia (Tirta, 2009).
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang terus mendapat perhatian untuk dikembangkan. Upaya pengembangan tanaman kakao disamping masih diarahkan pada peningkatan populasi (luas lahan) juga telah banyak diarahkan pada peningkatan jumlah produksi dan mutu hasil. Adapun aspek yang paling diperhatikan dalam usaha peningkatan jumlah produksi dan mutu hasil adalah penggunaan jenis-jenis kakao unggul dalam pembudidayaan tanaman kakao. Saat ini terdapat sejumlah jenis kakao unggul yang sering digunakan dalam budidaya kakao, antara lain jenis (klon) Sulawesi 1 dan Sulawesi 2 (Mertade, 2011).
Lokasi atau kebun kakao yang ditetapkan sebagai tempat kegiatan (sambung samping, sambung pucuk dan okulasi) adalah Kebun Percobaan Universitas Tadulako. Tanaman kakao yang digunakan untuk sambung samping berumur delapan hingga 12 tahun dengan tingkat produktivitas yang rendah. Sebelum dilakukan penyambungan (sambung samping), sejumlah tindak budidaya (pemangkasan, pemupukan dan pengendalian gulma) dilakukan guna memberikan kondisi lingkungan yang baik dan meningkatkan kesehatan tanaman. Kegiatan sambung pucuk dan okulasi dilakukan di pembibitan kakao dengan umur bibit tanaman sekitar empat bulan (Basri, 2009).
Tanaman kakao dapat diperbanyak melalui metode perbanyakan generatif maupun vegetatif. Namun demikian, berdasarkan aspek keunggulan dan kelebihannya metode perbanyakan vegetatif lebih sering digunakan, terutama dalam perbanyak klon-klon kakao unggul. Dalam kegiatan ini telah dicobakan salah satu metode perbanyakan klonal pada tanaman kakao, yaitu sambung samping dengan menggunakan entres yang memiliki ukuran diameter pangkal tangkai daun berbeda (> 4-6 mm dan > 6-8 mm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tunas dapat tumbuh pada semua entres yang digunakan (semua ukuran diameter pangkal tangkai daun pada entres yang dicobakan) (Ramlan, 2008).
Tanaman kakao bersifat dimorfisme karena memiliki bentuk tunas vegetatif yang berbeda yaitu tunas ortotrop dan tunas plagiotrop. Tunas ortotrop merupakan tunas yang arah pertumbuhannya ke atas. Sedangkan tunas plagiotrop merupakan tunas yang arah tumbuhnya ke samping. Pada tanaman kakao juga terdapat jorket yaitu tempat atau titik percabangan tunas ortotorop ke plagiotrop. Permukaan batang utama agak kasar, alurnya tegas. Dari hasil okulasi, percabangan utama (jorget) yang dihasilkan rata-rata ketinggiannya 90-115 cm dari atas tanah. Cabang primer merupakan cabang yang arah tumbuhnya condong kesamping. Dari cabang-cabang primer tumbuh cabang lateral. Cabang sekunder arah tumbuh agak tegak, warna kulit kuning kehijauan, permukaan halus, alur agak jarang. Pertumbuhan rantingnya teratur, permukaannya halus dan terdapat alur yang teratur. Cincin batas flush agak tegas, panjang antar cincin 4-5, jarak antar daun rata-rata 3,75 cm (Satriono, 2009).
Sistim perakaran kakao sangat berbeda tergantung dari keadaan tanah tempat  anaman tumbuh. Pada tanah-tanah yang permukaan air tanahnya dalam terutama pada lereng- ereng gunung, akar tunggang tumbuh panjang dan akar-akar lateral menembus sangat jauh ke dalam tanah. Sebaliknya pada tanah yang permukaan air tanahnya tinggi, akar tunggang tumbuh tidak begitu dalam dan akar lateral berkembang dekat permukaan anah (Nasaruddin, 2004).
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao mulai memproduksi planlet kakao dengan teknik somatic embryogenesis (SE). SE adalah proses menumbuhkan sel somatic dalam kondisi terkontrol, yang selanjutnya berkembang menjadi sel embriogenik dan setelah mengalami perubahan morfologi dan biokimia akan terbentuk embrio somatik. Tanaman asal SE lebih unggul dibanding tanaman asal benih ataupun perbanyakan vegetatif lainnya. Tanaman hasil SE memiliki tajuk sempurna, berakar tunggang, pertumbuhan seragam, vigor, relatif tahan kekeringan, dan produktivitasnya tinggi. Teknik SE dapat menyediakan bibit dalam jumlah besar dalam waktu singkat, berkualitas tinggi dan seragam, secara genetik sama dengan induknya, dan secara morfologi normal (Siregar, 1998).


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
NO.
GAMBAR MORFOLOGI KAKAO
KETERANGAN
1.





MORFOLOGI DAUN
Daun-daun dewasa selalu berwarna hijau. Bentuk helai daun bulat memanjang, ujung daun meruncing, dan pangkal daun runcing. Susunan tulang daun menyirip dan tulang menonjol ke permukaan bawah helai daun.
2.
MORFOLOGI BATANG
Cabang-cabang pada tanaman kakao tumbuh kearah atas dan samping. Cabang yang tumbuh kearah atas disebut cabang Orthotrop dan cabang yang tumbuh kearah samping disebut dengan Plagiotrop.
3.
MORFOLOGI AKAR
Akar tanaman kakao mempunyai akar tunggang (Radik primaria). membentuk akar tunggang, melainkan akar-akar serabut yang banyak jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut akan membentuk dua akar yang menyerupai akar tunggang.
4.
MORFOLOGI BUNGA
Bunga kakao tergolong bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak (Calyx) sebanyak 5 helai dan benang sari ( Androecium) berjumlah 10 helai. Diameter bunga 1,5 centimeter. Bunga disangga oleh tangkai bunga yang panjangnya 2 – 4 centimeter
5.
MORFOLOGI BUAH DAN BIJ       
Buah kakao berupa buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit buah mempunyai sepuluh alur dan tebalnya 1 – 2 cm, umumnya ada tiga macam warna buah kakau, yaitu hijau muda sampai hijau tua, waktu muda dan menjadi kuning setelah masak, warna merah serta campuran antara merah dan hijau.


4.2 Pembahasan
            Berdasarkan klasifikasinya tanaman kakao (Theobroma cacao) merupakan tanaman tahunan yang menghasilkan buah kakao yang pada umumnya dimanfaatkan sebagai bahan dasar cokelat. Morfologi tanaman kakao dapat dideskripsikan berdasarkan akar, batang, cabang, bunga, buah dan biji. Secara terperinci morfolohi kakao dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Akar (Radix) : Tanaman kakao memiliki system akar tunggang (Radik primaria), yaitu akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil. Pertumbuhannya dapat mencapai 8 meter kearah samping dan 15 meter kearah bawah. Akar pokok berasal dari akar lembaga. Akar tunggang tanaman coklat bercabang (ramosus). Akar tunggang ini berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus ke bawah, bercabang-cabang banyak, dan cabang-cabangnya bercabang lagi, sehingga dapat memberi kekuatan yang lebih besar pada batang, dan juga daerah perakaran menjadi amat luas, hingga dapat diserap air dan zat-zat makanan yang lebih banyak. Warna akarnya adalah kecoklatan. Pada umumnya akar tanaman kakao yang paling aktif yakni pada bagian root feeder (akar permukaan) karena pada bagian ini banyak terdapat nutrisi untuk pertumbuhan tanaman.
2.      Batang (Caulis) : Batang berkayu (lignosus) yaitu batang yang biasanya keras dan kuat, karena sebagian besar terdiri atas kayu, yang terdapat pada pohon-pohon (arbores). Tanaman kakao mempunyai batang yang di bagian bawahnya lebih besar dan keujung semakin mengecil. Cara percabangannya adalah monopodial, yaitu batang pokok selalu tampak jelas karena lebih besar dan lebih panjang daripada cabang-cabangnya. Tinggi tanaman kakao umumnya 5-10 m dengan warna coklat. Pada batang tanaman ini akan terdapat dua jenis cabanag yakni cabang ortotrof dan plahiotrof.
3.      Daun ( Folium) : tanaman berdaun tunggal ( folium simplex) yaitu pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja Bentuk tangkai daunnya (petiolus) adalah bulat telur. Bentuk daunnya adalah memanjang (oblongus). Pada ujung (apex folii) dan pangkal daunnya ( basis folii) berbentuk runcing ( acutus) yakni pada bagian tulang daunnya menonjol ke atas Tepi daunnya ( margo folii) berbentuk rata (integer). Panjang daunnya adalah sekitar 10-48 cm dan lebarnya 4-20 cm serta susunan tulang daunnya nervatio (bertulang menyirip).
4.      Percabangan : terdiri atas cabang ortotrof dan cabang plagiotrof. Cabang ortotrof merupakan cabang primer yang tumbuh ke atas sedangkan cabang plagiotrof merupakan cabang produksi tempat tumbuhnya bunga dan buah.
5.      Bunga : Tanaman berbunga tunggal (planta uniflora), yaitu tanaman yang hanya menghasilkan satu bunga saja. Merupakan bunga lengkap, karena mempunyai hiasan bunga yang terdiri atas kelopak (calyx) dan mahkota (corolla). Kelopaknya (calyx) berwarna putih dengan panjang 6-8 mm. kelopak ini berguna sebagai pelindung bunga. Mahkota bunganya (corolla) mempunyai panjang 8-9 mm.
6.      Buah (Fructus) : Buah kakao merupakan buah sejati tunggal, yaitu terdiri dari satu bunga dengan satu bakal buah saja. Buah pada tanaman kakao termasuk buah buni (bacca), yaitu buah yang dindingnya mempunyai dua lapisan, yang terdiri dari lapisan luar yang tipis agak menjangat atau kaku seperti kulit dan lapisan dalam yang tebal, lunak,, dan berair. Panjang buahnya adalah sekitar 12-22 cm dengan warna merah. Pada beberapa jenis buah berwarna hijai saat muda dan berwarna kuning kemerahan saat matang.
7.      Biji (Semen) : Bentuk biji bulat telur. Biji pada tanaman kakao dibalut selaput putih yang tebal. Bijinya berwarna coklat. Tumbuhan bijinya mempunyai lembaga dengan dua daun lembaga. Biji ini kelihatan jelas terdiri atas dua belahan atau dua keeping sehingga dinamakan tumbuhan biji belah (terdiri dari 2 kotiledon dalam biji).
Untuk mengidentifikasi morfologi bunga kakao dapat dilakukan dengan penghitungan bunga kakao berdasarkan rumus yang ada. Bunga kakao mempunyai rumus K5C5A5+5G(5). Artinya, bunga disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-masing terdiri dari 5 tangkai sari tetapi hanya satu lingkaran yang fertil, dan 5 daun buah yang bersatu. Dengan menggunakan rumus tersebut kita dapat memperhitungkan atau mendeskripsikan morfologi bunga tanaman kakao. Pada umumnya bunga tanaman kakao ini seragam sehingga dalam melakukan identifikasi cukup dengan menggunakan beberapa sampel saja. Berdasarkan hasil identifikasi bagian-bagian dari bunga kakao antara lain sebagai berikut:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjd0s4GXIH3_4CvUEE9p7vYONWi_mUOo82PId4NQ8ytlJczaLlUvgbMpKQwgRj0CBW0vdfBlrwIfCU4MMIEvCmPfQqBbg5PnraA7mDtf9pQhz6hBmfVlXOTdBHw4nsEDRynpOOj7lP4fVAi/s1600/images+bunga+lengkap.jpg
http://digital-photography.org/digitalphotographyweeklyreview/digitalphotographyweeklyreview/wp-content/uploads/2011/07/Cacao-flower-stacked-focus-by-Jaime-Leonardo-with-a-Canon-EOS-5D1.jpgKeterangan:
1.      Benangsari (Stamen)
a.       Kepala sari (Anthera)
b.      Tangkai sari (Filamen)
2.      Putik (Pistillum)
a.       Tangkai Putik (Stylus)
b.      Bakal Buah (Ovarium)
3.      Mahkota/Tajuk (Corolla)
4.      Kelopak (Calyx)
5.      Dasar Bunga (Receptaculum)
6.      Tangkai Bunga (Pedicellus)
Bunga tanaman kakao bersifat kaoliflori yang artinya bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut lama-kelamaan menebal dan membesar disebut dengan bantalan bunga (cushion). Bunga kakao berwarna puti-ungu atau kemerahan, benangsari yang steril disebut staminodia dan yang fertil disebut stamen
Tanaman kakao memiliki dua macam cabang, yaitu cabang ortotrof (tumbuh ke atas vertikal) dan cabang Plagiotrof (tumbuh ke samping, horisontal). cabang ortotrof dapat menghasilkan cabang plagiotrof, cabang ortotrof ini merupakan cabang primer yang kokoh untuk tegaknya tanaman. Cabang Plagiotrof Primer (tumbuh pada batang pokok) hanya tumbuh sekali, jadi kalau sudah mati tidak pernah tumbuh cabang primer baru di tempat yang sama. Cabang Plagiotrof primer dapat menghasilkan cabang plagiotrof sekunder. Dari tunas plagiotrop biasanya hanya tumbuh tunas-tunas plagiotrop. Pangkasan berat pada cabang plagiotrop yang besar ukurannya merangsang tumbuhnya tunas ortotrop itu. Sedangkan tunas ortotrop hanya membentuk tunas plagiotrop setelah membentuk jorket. Tunas ortotrop membentuk tunas ortotrop baru dengan menumbuhkan tunas air. Jika dilihat secara fisual perbedaan kedua batang ini sangat jelas dimana cabang ortotrof tumbuh ke atas dan cabang plagiotrof tumbuh k samping. Berdasarkan keterangan diatas perbedaan cabang tersebut antara lain:
http://floraofsingapore.files.wordpress.com/2010/08/p1020234_thumb.jpg?w=500&h=448http://www.hear.org/starr/images/images/plants/600/starr-070906-8365.jpghttp://dc171.4shared.com/doc/KG8D6hI8/preview_html_305810c1.png
O= cabang ortotrop P= cabang plagiotrop
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa perbedaan kedua cabanag ini terletak pada pola tumbuh serta fungsi perkembangan cabanag. Dimana cabanag ortotrof sebagai batang kuat dan dapat sebagai batang reproduksi. Sedangkan plagiotrof sebagai cabanag reproduksi.
            Berdasarkan klasifikasinya tanaman kakao tergolong ke dalam family Sterculiaceae dengan klasifikasi sebagai berikut:
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Dilleniidae
                         Ordo: Malvales
                             Famili: Sterculiaceae
                                 Genus: Theobroma
                                     Spesies: Theobroma cacao L.
Dalam pertumbuhannya tanaman kakao memiliki syarat tumbuh tersendiri agar tanaman dapat hidup dengan baik dan berproduksi secara maksimal. Tanaman kakao untuk tumbuhnya memerlukan kondisi tanah yang mempunyai kandungan bahan organ yang cukup, lapisan olah yang dalam untuk membantu pertumbuhan akar, sifat fisik yang baik seperti struktur tanah yang gembur juga sistem drainase yang baik. PH tanah yang ideal berkisar antara 6 – 7. tanah mempunyai hubungan erat dengan sistem perakaran tanaman kakao, karena perakaran tanaman kakao sangat dangkal dan hampir 80% dari akar tanaman kakao berada disekitar 15 cm dari permukaan tanah, sehingga untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik tanaman kakao menghendaki struktur tanah yang gembur agar perkembangan akar tidak terhambat. Tanaman kakao menghendaki permukaan air tanah yang dalam. Permukaan air tanah yang dangkal menyebabkan dangkalnya perakaran sehingga tumbuhnya tanaman kurang kuat. Curah hujan yang ideal untuk tanaman kakao 1.100 3.000 mm/tahun, suhu maksimum untuk tanaman kakao 30o 32oC, suhu minimum 18o 21oC dan suhu optimum 23,9o 26,7oC yang ideal untuk tanaman kakao 5,6 7,2, kadar zat organik yang tinggi akan meningkatkan pertumbuhan pada masa sebelum panen, zat organik pada lapisan tanah setebal 0 15 cm, lempung liat berpasir dengan komposisi 30 40 % fraksi liat, 50 % pasir, dan 10 20 % debu. Intensitas sinar matahari yang dibutuhkan untuk fotosintesis yang baik sebesar 20 % 50 %. Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 – 600 meter diatas permukaan laut, dengan penyebaran meliputi 20˚ LU dan 20˚ LS. Daerah yang ideal untuk pertumbuhannya berkisar antara 10˚ LU dan 10˚ LS. Selain itu, intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman kakao berpengaruh terhadap pertumbuhan. Kebutuhan tanaman terhadap intensitas cahaya matahari bervariasi, tergantung pada fase pertumbuhan dan umur tanaman. Intensitas cahaya yang ideal bagi tanaman kakao adalah antara 50 – 70%.pada penanaman tanaman kakao intensitas cahaya ternyata lebih penting artinya dalam mempengaruhi pertumbuhan kakao dari pada unsur hara dan air. Di samping pengaruh langsung terhadap potosintesis, intensitas cahaya juga berpengaruh terhadap proses trasparasi dan degrasi klorofil daun.
Pada morfologi percabanagn tanaman kakao terdapat satu bagian tanaman yang disebut dengan Jorket yang merupakan tempat percabangan dari pola percabangan ortotrop dan plagiotro. Proses pembentukan jorket diawali dengan berhentinya pertumbuhan tunas ortotrop karena ruasruasnya sudah tidak memanjang lagi. Pada ujung tunas tersebut stipula (semacam sisik pada kuncup bunga) dan kuncup ketiak daun serta tunas daun tidak berkembang. Dari ujung perhentian tumbuh 3 6 cabang yang arah condong kearah samping dan kearah horisontal. Pada umumnya jorket ini terbentuk setelah dilakukannya proses pemangkasan. Hal ini terjadi karena setelah dilakukannya pemangkasan maka pertumbuhan tanaman akan terkonsentrasi pada pembentukan cabang dan ranting baru terutama pembentukan cabanb plagiotrof yang merupakan cabanag reproduksi pada tanaman sehingga dapat berproduksi secara maksimal.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain:
1.      Setiap bagian/organ tanaman kakao memiliki spesifik morfologi tersendiri sehingga identifikasi yang dilakukan menyeluruh terhadap organ tanaman.
2.      Bunga kakao mempunyai rumus K5C5A5+5G(5). Artinya, bunga disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota. Rumus ini digunakan untuk memudahkan identifikasi bunga kakao.
3.      Tanaman kakao memiliki dua macam cabang, yaitu cabang ortotrof (tumbuh ke atas vertikal) dan cabang Plagiotrof (tumbuh ke samping, horisontal).
4.      Syarat tumbuh yang utama bagi tanaman kakao yakni kondisi tanah yang gembur dengan PH 6-7, intersitas cahaya yang mencukupi, Curah hujan yang ideal untuk tanaman kakao 1.100 3.000 mm/tahun, suhu maksimum untuk tanaman kakao 30o 32oC, suhu minimum 18o 21oC dan suhu optimum 23,9o 26,7oC.
5.      Jorket merupakan tempat tumbuhnya percabangan ortotrop dan plagiotrop, pembentukan jorket didahului dengan berhentinya pertumbuhan tunas ortotrop karena ruasruasnya tidak berkembang memanjang lagi.

5.2  Saran
Perlu adanya pendampingan terhadap praktikan yang lebih lagi agar praktikan lebih memahami lagi terhadap kegiatan praktikum yang dilakukan.


DAFTAR PUSTAKA
Basri, zainudin. 2009. Kajian Metode Perbanyakan Klonal Pada Tanaman Kakao. Media Litbang Sulteng 2 (1) : 07–14 , Oktober 2009. ISSN : 1979 – 5971

Feny, Oktaviani. 2006. Identifikasi homolog TcAGL-15 untuk penanda embryogenesis tanaman kakao melalui pendekatan bioinformatika. Menara Perkebunan, 2006 74(2), 53-62.

Limbongan, Jermia. 2011. Karakteristik Morfologis Dan Anatomis Klon Harapan Tahan Penggerek Buah Kakao Sebagai Sumber Bahan Tanam. Jurnal Litbang Pertanian, 31(1), 2012

Mertade, Nyoman. 2011. Pengaruh Diameter Pangkal Tangkai Daun Pada Entres Terhadap Pertumbuhan Tunas Kako. Media Litbang Sulteng IV (1) : 01 – 07 , Juni 2011. ISSN : 1979 – 5971

Nasaruddin. 2004. Budidaya Kakao Dan Beberapa Aspek Fisiologinya. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Jurusan Budidaya Pertanian. Makassar.

Ramlan. 2008. Pengelolaan Penyakit Busuk Buah Kakao. Satker Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Barat

Satriono. 2009. Deskripsi Klon Kakao Mulia/Edel. Erlangga: Surabaya

Semangun, H. 2000. Penyakit-penyakit tanaman perkebunan di Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Siregar, T.H.S.; Riyadi, S dan L. Nuraeni. (1998). Budidaya, Pengelohan dan Pemasaran Coklat. Penebar Swadaya. 169 hal

Tirta, Intani. 2009. Perlakuan Akuntansi Atas Budidaya Tanaman Kakao Pada Pt. Perkebunan Nusantara Xii (Persero) Surabaya. http://skripsi.narotama.ac.id





Tidak ada komentar:

Posting Komentar