Kebun Bunga

menyediakan bunga, pohon, dan bibit tanaman buah

Sabtu, 03 November 2012

penngalaman kerja ulil "perkebunan kelapa sawit" pembukaan lahan







liburan di palembang





teknologi tepat guna"penggunaan alat pelepasan parasitoid Trichogramma spp" di lapang sebagai agen hayati


by : ulil abror py
BAB 1. PENDAHULUAN

11. Latar Belakang
Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang diperhatikan di Indonesia sebab beberapa hasil dari kegiatan pertanian selalu dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mulai dari pangan, sandang, perumahan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti industri, perumahan, bangunan, aksesoris, kontruksi dan obat-obatan. Salah satu hasil pertanian yang sangat bermanfaat sebagai sumber makanan bagi masyarakat adalah tanaman padi. Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman padi ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis.
Tanaman padi merupakan komoditas penting pertama di Indonesia sebab padi digunakan oleh hampir setiap masyarakat di Indonesia sebagai sumber makanan pokok yang berupa nasi, oleh sebab itu kebutuhan padi (beras) di Indonesia semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Untuk mengatasi hal ini pemerintah melakukan impor beras dari luar negeri, sebab hasil padi yang didapatkan di Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, namun peningkatan produksi padi terus diupayakan untuk mengimbangi kenaikan konsumsi tersebuti. Hama dan penyakit adalah salah satu kendala program peningkatan produksi padi. Kendala peningkatan akan semakin kompleks akibat perubahan iklim global. Hama dan penyakit merupakan salah satu cekaman biotik yang menyebabkan senjang hasil antara potensi hasil aktual dan juga menyebabkan produksi tidak stabil. Di Asia Tenggara hasil rata-rata padi 3,3ton/ha, padahal hasil yang bisa dicapai 5,6 ton/ha. Senjang hasil tersebut disebabkan oleh penyakit sebesar 12,6% dan hama 15,2%.
            Salah satu jenis hama yang meyerang tanaman padi adalah penggerek batang. Penggerek batang adalah hama yang menimbulkan kerusakan dan menurunkan hasil panen secara nyata. Serangan yang terjadi pada fase vegetatif, adalah daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuh dimakan larva penggerek batang. Pucuk tanaman padi yang mati akan berwarna coklat dan mudah dicabut.Apabila serangan terjadi pada fase generatif, larva penggerek batang akan memakan pangkal batang tanaman padi tempat malai berada. Malai akan mati, berwarna abu-abu dan bulirnya kosong/hampa. Malai mudah dicabutdan pada pangkal batang terdapat bekas gerekan larva penggerek batang.Penggerek batang padi terdapat di lahan padi sepanjang tahun dan menyebar di seluruh Indonesia pada berbagai ekosistem padi yang beragam. Intensitas serangan penggerek batang padi pada tahun 1998 mencapai 20,5% dan luas daerah yang terserang mencapai 151.577 ha.
            Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui bahwa penggerek batang padi adalah salah satu kendala untuk meningkatkan produksi tanaman padi sehingga diperlukan penanganan dan pengelolahan terhadap hama ini. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah populasi hama penggerek batang padi adalah menggunakan musuh alami yang berupa parasitoid dan menekan pertumbuhan larva penggerek batang tersebut. Pada kesempatan kali ini kami mencoba membuat sebuah alat sederhana berupa alat untuk mengeluarkan prasitoid dan mencegah larva keluar kelahan pertanian padi. Alat ini terbilang sederhana karena menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat dan cara pembuatan serta aplikasinya mudah. Diharapkan adanya alat ini dapat membantu mengurangi penyebaran populasi penggerek batang padi.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah sebagai berikut:
1.         Bagaimanacara pemanfaatan alat penyalur keluarnya parasitoid dan mencegah larva penggerek batang ke lahan pertanian padi?
2.         Bagaimanahasil penerapan alat penyalur keluarnya parasitoid dan mencegah larva penggerek batang ke lahan pertanian padi?
3.         Bagaimanakekurangan dan kelebihan alat penyalur keluarnya parasitoid dan mencegah larva penggerek batang ke lahan pertanian padi?

1.3 Tujuan
1.      Menjadikan mahasiswa lebih kreatif.
2.      Dapat menekan populasi hama penggerek batang tanaman padi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
            Parasitoid ialah organisme yang menghabiskan sebagian besar riwayat hidupnya dengan bergantung pada atas di organisme inang tunggal yang akhirnya membunuh (dan sering mengambil makanan) dalam proses itu. Kemudian parasitoid mirip dengan parasit khusus kecuali dalam nasib inang tertentu. Dalam hubungan parasit khusus, parasit dan inang hidup berdampingan tanpa kerusakan mematikan pada inang. Khasnya, parasit mengambil cukup bahan makanan untuk tumbuh tanpa mencegah inang berkembang biak. Dalam hubungan parasitoid, inang dibunuh, normalnya sebelum melahirkan keturunan. Bila diperlakukan sebagi bentuk parasitisme, istilah nekrotrof kadang-kadang digunakan, meski jarang. Jenis hubungan ini nampaknya hanya terjadi pada organisme yang memiliki tingkat reproduksi yang cepat, seperti serangga, atau tungau (jarang). Parasitoid juga sering berkembang bersama dengan inangnya. Banyak biolog yang menggunakan istilah parasitoid untuk hanya merujuk pada serangga dengan jenis riwayat hidup seperti ini, namun beberapa orang berpendapat istilah ini mesti digunakan lebih luas untuk mencakup nematoda parasit, kumbang penggerek benih, bakteri dan virus tertentu (mis. bakteriofag) yang semuanya harus menghancurkan inangnya (Bad’iah, 1992).
Telenomus rowani Ordo : Hymenoptera, Famili : Scelionidae Parasitoid ini merupakan parasit telur penggerek. Parasitoid meletakkan telur hanya pada 1 telur inang dan berkembang hingga dewasa pada telur tersebut. Sebutir telur inang cukup untuk menghidupi larva parasitoid hingga dewasa. Siklus dari telur hingga dewasa barlangsung selama 14 hari. Parasitoid dewasa berumur 2-4 hari. Betina dapat bertelur 20-40 butir selama hidupnya (Arifin, 1999).
            Parasitoid merupakan unsur pengendali populasi hama dan umumnya bersifat spesifik, sehingga dapat menekan populasi inang pada tingkat yang lebih rendah. Sifat itulah yang menyebabkan parasitoid lebih sering digunakan dalam pengendalian hayati dibanding dengan predator (Nurnina, 2004).
Parasitoid adalah istilah yang digunakan untuk kelompok serangga yang memarasit serangga lain dan menyebabkan kematian serangga yang diparasit (Godfray 1994). Dalam perkembangannya parasitoid hanya membutuhkan satu inang, namun ada pula parasitoid berkembang secara gregarious pada satu inang. Sebagian besar parasitoid yang digunakan dalam pengendalian hayati tergolong dalam ordo Hymenoptera dan sebagian kecil adalah Diptera. Famili pada ordo Hymenoptera yang banyak digunakan dalam pengendalian hayati adalah Famili Braconidae dan Ichneumonidae (Superfamili Ichneumononidea) dan Famili Eulophidae, Pteromalidae, Encyrtidae, dan Aphelinidae (Superfamili Chalcidoidea) (Driesche & Bellows 1996).
Efikasi parasitoid dalam pengendalian hama dapat dinilai dari parasitisasi parasitoid tersebut terhadap inangnya. Menurut Godfray (1994) keefektifan parasitoid dapat dinilai dengan beberapa kriteria, yaitu: (1) mempunyai daya cari yang tinggi terutama saat populasi inang rendah, (2) kekhususan terhadap inang , (3) potensi berkembang biak yang tinggi yaitu keperidian dan fertilitas serta siklus hidup yang pendek, (4) kisaran toleransi terhadap lingkungan yang lebar dan (5) memiliki kemampuan memarasit terhadap berbagai instar inang.
Lama perkembangan, lama hidup dan kapasitas reproduksi merupakan parameter penting untuk mengetahui potensi parasitoid dalam pengendalian hayati. Lama perkembangan parasitoid adalah waktu yang dibutuhkan sejak telur diletakkan parasitoid betina sampai pemunculan, sedangkan lama hidup ditentukan sejak pertama kali muncul sampai parasitoid betina mati. Keperidian diketahui berdasarkan jumlah keturunan yang dihasilkan parasitoid betina selama hidupnya. Keperidian yang tinggi dan lama hidup yang pendek merupakan karakter penting parasitoid sebagai agenpengendali hayati. Sebagahagian besar parasitoid ordo Hymenoptera merupakan arhenotoki, telur dapat berkembang baik secara partenogenetik maupun melalui pembuahan. Telur yang dibuahi menjadi diploid dan berkembang menjadi individu-individu betina dan telur yang tidak dibuahi menjadi haploid dan berkembang menjadi individu-individu jantan (Clausen 1940).
Menurut stadia inang yang diserang, dapat dibedakan atas parasitoid telur, parasitoid larva, parasitoid pupa dan parasitoid imago. Namun ada kategori antara misalnya parasitoid telur-larva yakni parasitoid yang meletakkan telur pada telur inang dan menyelesaikan perkembangannya pada stadia larva. Parasitoid ini bersifat koinobion dan sebaliknya parasitoid idiobion yakni parasitoid yang menyelesaikan perkembangan pada stadia inang yang diletaki telur (Godfray 1994).
Dalam suatu populasi kecenderungan betina untuk menghasilkan anak betina lebih banyak daripada anak jantan akan menguntungkan populasi tersebut. Menurut Charnov et al. (1981) parasitoid dapat memaksimalkan variasi ukuran inang untuk alokasi keturunan, telur yang dibuahi atau diploid pada inang yang besar dan telur yang tidak dibuahi pada inang yang kecil. Beberapa parasitoid soliter, seleksi inang untuk peletakan telur ditentukan ukuran inang (Kouame & Mackauer 1991). Parasitoid koinobion, merupakan parasitoid yang inangnya masih dapat berkembang untuk beberapa lama setelah parasitisasi, seleksi inang tidak hanya berdasar kualitas inang tetapi juga bagi pertumbuhan dan ketersediaan nutrisi larva parasitoid (Rivero 2000).


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

4.2 Pembahasan
Populasi parasitoid Trichogramma spp. dipengaruhi oleh keberadaan inang dan lingkungan pertanaman (suhu, cuaca, udara). Populasi inang yang rendah menyebabkan parasitoid tidak dapat berkembang. Demikian pula jika lingkungan kurang mendukung, parasitoid tidak dapat berperan secara efektif. Daya tahan hidup T. bactrae-bactrae mencapai 90% pada kisaran suhu 25−40o C. Seekor parasitoid Trichogramma spp. mampu memparasitasi lebih dari satu spesies telur inang, dan sebutir telur inang dapat diparasitisasi oleh lebih dari satu spesies Trichogramma spp. Hal ini menunjukkan bahwa satu spesies Trichogramma spp. mampu memparasitasi beberapa spesies hama. Pelepasan parasitoid Trichogramma spp. di lapang untuk mengendalikan hama sangat menguntungkan terutama hama dari kelompok Lepidoptera. Pada tanaman padi, sebagian besar hama penting didominasi oleh kelompok Lepidoptera.
Berdasarkan hasil pengamatan Imago parasitoid jantan dan betina mampu berkopulasi segera setelah keluar dari telur inang. Imago keluar dari telur inang pada pukul 07.00−10.00, dan menjadi aktif pada kamar antara 25-320 C. Suhu sangat berpengaruh terhadap waktu terbang; sekitar 70−80% parasitoid terbang pada suhu 25−30oC. Pada umumnya parasitoid ini tidak aktif pada malam hari, karena tidak dapat menemukan inang dalam keadaan gelap Trichogramma spp. betina bergerak cenderung ke arah sumber sinar. Imago jantan biasanya bergerak mendekati telur terparasit dan menyentuhnya dengan antena untuk memeriksa kemungkinan adanya betina yang akan muncul. Oleh karena itu, secara alami hama penggerek batang akan terparasit oleh tricogramma sp tersebut.





Pengendalian hama mrnggunakan agen hayati berupa tricogamma sp ini sangat sesuai dengan metode pengendalian hama terpadu (pht). Pengendalian hama terpadu (PHT) ini merupakan suatu pengendalian hama yang berbasis lingkungan sehingga dalam melakukan pengendalian sangat ditekankan keseimbangan aspek lingkungan. Konsep PHT ini meminimalisir penggunaan pestisida berbahan kimia yang berpotensi besar mencemari lingkungan dan merusak ekosistem. Dalam PHT lebih menekankan langkah-langkah prefentif sebelum dilakukan pngendalian. Langkah prefentif ini berupa monitoring, sehingga akan diketahui gejala serangan awal dan jenis hama yang menyerang sehingga langkah pengendalian lebih efektif. Selain itu, PHT juga dilakukan dengan cara penggunaan agen hayati sebagai alternative pengendalian OPT. pengendalian dengan agen hayati ini selain efektif,  juga dapat menjaga keseimbangan ekosistem. Salah satunya dapat dilakukan pengendalian hama penggerek batang padi menggunakan trocogramma sp, hama ini cukup efektif untuk mengendalikan hama penggerek batang padi dan tebu.
Rancang Bangun Alat
            Alat ini di buat dengan peralatan sederhana berupa tabung bening yang dapat digantikan dengan menggunakan botol dan beberapa tambahan implement pendukung lainnya. Implement tersebut antara lain kain kasa, mika penutup (atap), kertas carbon (pengatur kecerahan), dan tiang penyangga. Uraian rancang bangun alat tersebut yakni:
1.      Botol bening digunakan untuk mempermudah pengaturan wilayah gelap dan terang serta tempat penetasan telur parasitoit. Pada ujung botol di buat meruncing yang bertujuan sebagai penunjuk arah keluar parasitoit, pada botol diberi tiga lubang, 2 lubang pengeluaran dan 1 lubang untuk tandon.
2.      Kain kasa, digunakan sebagai penutup pada kedua ujung lubang pengeluaran parasitoit. Penutup kain kasa ini bertujuan untuk memudahkan keluarnya parasitoit serta mencegah adanya serangga lain yang masuk ke dalam botol yang dapat mengganggu baik penetasan maupun pengeluaran parasitoit.
3.      Tendon penampung, tanon ini dibuat dibagian tengah bawah alat. Tendon ini bertujuan untuk menampung ulat/larva parasit yang menetas agar tidak ikut keluar dan memarasit tanaman.
4.      Atap penutup, atap penutup ini bertujuan untuk menjaga kelembapan pada alat serta mencegah percikan air hujan masuk kedalam alat.
5.      Kertas carbon, carbon ini berfungsi untuk mengatur wilayah gelap dan terang pada botol, hal ini sangat penting dilakukan untuk efisiensi pemisahan antara larva parasit dan parasitoit yang menetas.
Mekanisme Kerja Alat
Pada bagian botol di buat bagian terang dan gelap, pada bagian tengah tabung/botol dibuat sebagai bagian gelap, sedangkan pada kedua ujung di buat terang. Pada wilayah gelap ini bertujuan agar saat larva parasit menetas akan berkumpul pada bagian yang gelap, hal ini karena pada pengamatan yang dilakukan larva parasit berkumpul pada bagian yang gelap. Sedangkan bagian terang diletakkan pada bagian ujung-ujung botol yang bertujuan sebagai penunjuk arah keluar parasitoit, hal karena saat menetas parasitoit akan bergerak menuju tempat yang terang. Pada bagian tengah bawah alat terdapat tendon yang dikondisikan gelap yang bertujuan agar pada saaat larva parasit menetas maka larva tersebut akan berkumpul pada tendon sehingga memudahkan pada saat pembuangan larva parasit.
Berdasarkan pengamatan, saat parasitoit menetas secara bergerombol parasit tersebut akan menuju tempat yang terang. Oleh karena itu, dibuat 2 lubang pengeluaran sebagai langkah efisiensi pengeluaran parasitoit. Dimungkinkan pada beberapa parasitoit membawa feromon sehingga parasitoit relative bergerombol.
Aplikasi Alat
            Berdasarkan hasil pengamata dilapang telur akan menetas pada saat pagi hari antara pukul 06.00-09.00 wib, setelah diletakkan selama 2 hari. Alat ini diletkkan pada bagian tepi-tepi sawah yang sedikit menjorok kedalam, yang bertujuan untuk memudahkan monitoring. Selain itu, peletakan ini juga berdasarkan intensitas gajala yang timbul pada areal persawahan. Selanjutnya ketinggian alat juga harus ditentukan berdasarkan umur tanaman. Ketinggian alat diharapkan tidak melebihi tinggi dari tanaman padi. Jika pada padi yang berumur antara 3-4 minggu maka ketinggian alat sekitar 25-30 cm dari bawah tanah atau tidak sampai melebihi batas tanaman. Sedangkan pada tanaman yang mulai berbulir sekitar 9-11 minggu maka ketinggian alat sampai batas munculnya bulir.
Efisiensi Kerja Alat
            Dari hasil aplikasi telur menetas pada hari kedua (2) pada hari kedua tersebut baru menetas larva parasit. Larva parasit ini menetas dengan jumlah yang cukup banyak dan bergerombol pada bagian gelap botol utamanya pada bagian tendon. Larva parasit ini hanya bertahan 1 hari hingga hari ketiga sebagian besar larva mati berkisar antara 90-95% larva mati. Pada hari ke 3 parasitoit mulai menetas, dan sesuai dengan pengamatan awal parasitoit bergerak menuju tempat yang terang untuk keluar. Sebagian besar parasitoid dapat keluar namun sebagian parasitoit masih tertinggal dalam tabung dan sebagian mati. Kejadian ini dikarenakan kelembapan yang terlalu tinggi sehingga sedikit melembapkan kain kasa, maka hal ini yang mengakibatkan terhambatnya pengeluaran parasitoit, karena parasitoit tidak mampu beradaptasi pada kelembapan yang cukup tinggi.
Hari ke
keterangan
1
Belum menetas
2
Larva parasit menetas dan bergerombol pada bagian gelap
3
90-95% larva parasit mati, Parasitoit mulai menetas dan berdasarkan arah gerakannya parasitoit menuju tempat yang terang untuk keluar
            Berdasarkan hasil pengamatan tersebut maka efisiensi alat tersebut berkisar antara 75-80% dan kekurangan pada alat ini pengatura kelembapan alat yang kurang sempurna.


DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. 1999. Pemanfaatan musuh alami dalam pengendalian hama utama tanaman teh, kopi, dan kelapa. Seminar Pemasyarakatan PHT Tanaman Perkebunan. Dinas Perkebunan Kabupaten Bogor, 4-5 Agustus 1999

BADI'AH. 1992. BIOLOGI PARASITOID Elasmus oehrttneri F. DAN DAYA PARASITASINYA TERHADAP LARVA Scippophaea nivetta intacta Sn. DI LABORATORIUM. Diambil dari http://eprints.undip.ac.id/29598/. Diakses pada tanggal 18 Mei 2012.

Clausen CP. 1940. Entomophagous Insect. New York and London: McGraw-Hill Book Company, Inc.

Driesche RGV, Bellows JTS. 1996. Biological control. New York: Chapman & Hall.

Godfray. 1994. Parasitoid, behavior, & evolucionary ecology. New jersey: princenton university Press.

Nurnina. 2004. Biologi Dan Musuh Alami Penggerek Batang Ostrinia Furnacalis Guenee (Lepidoptera: Pyralidae) Pada Tanaman Jagung.Jurnal Litbang Pertanian, 23(1),

Rivero A. 2000. The relationship between host selection behaviour and offspring fitness in koinobiont parasitoid. Ecological Entomology 25:467-472.





5 Jenis Tanaman Pertanian dan 5 Hama Utamanya Serta Cara Pengendaliannya (PHT)


Nama   : Ulil Abror Putra Yudha
NIM    : 101510501143
MK      : PSPB
5 Jenis Tanaman Pertanian dan 5 Hama Utamanya Serta Cara Pengendaliannya (PHT)
1.      Kedelai
Kedelai merupakan jenis tanaman legume yang mampu menambat Nitrogen (N) diudara. Ciri-ciri tanaman ini berdaun lebar dan dapat dikatagorikan kedalam tanaman polong-polongan. Pemanfaatan tanaman ini sangat beragam mulai dari buahnya sampai pada daunnya, namun masalah utama pada tanaman ini adalah penurunan hasil akibat serangan hama utamanya ulat grayak.
Jenis Hama Yang Menyerang
            Hama utama yang menyerang adalah ulat grayak (spodoptera litura) dengan kehilangan hasil yang dapat ditimbulkan sebesar 80%. Ulat ini aktif menyerang pada stadia larva dengan gejala yang ditimbulkan yakni:
·    Pada tahap awal larava menyerang bagian epidermis daun dan sebagian tulang daun sehingga daun tampak transparan
·    Instar tingkat lanjut menyerang tulang daun hingga polong, pada serangan berat maka daun akan habis.
·    Tanaman tidak produktif – mati
Pengendalian (sistem PHT)
·    Langkah awal yakni penggunaan varietas tahan/unggul untuk menjaga ketahanan tanaman terhadap serangan OPT
·    Monitoring secara terpadu (antisipasi pengendalian). Penggunaan agen hayati.
·    Pergiliran tanaman untuk memutus siklus hidup hama (Rotasi)
·    Mencabut tanaman sakit langkah akhir dengan penyemprotan insektisida nabati (serbuk biji mimba).
2.      Padi
Merupakan jenis tanaman serealia yang kebutuhan produksinya sangat tinggi. Morfologi padi yakni berakar serabut, batang merupakan perkembangan dari daun, hidup pada tempat yang basah. Penurunan hasil panen sebagian besar akibat serangan wereng coklat dengan kerusakan 75-95% bahkan puso.
Jenis hama yang menyerang
            Wereng coklat (Nilaparvata lugens) merupakan hama utama padi yang menyerang tanaman dimulai sejak masa vegetatifnya, dengan ciri-ciri berwarna coklat, berkaki 6, bersayap dan memiliki tipe mulut pencucuk penghisap. Gejala serangan yang ditimbulkan:
·    Padi menguning dan secara cepat mengering, pola serangan disebut hopperbum serangan dimulai dari satu titik kemudian menyebar.
Pengendalian (sistem PHT)
·    Tindakan prefentif
1. Menanam varietas tahan untuk menjaga ketahanan tanaman terhadap serangan hama (IR64, membrano, ciapus dll).
2. Tanam serempak bertujuan agar pengendalian hama lebih mudah dilakukan dan menekan siklus hidup hama karena tanam dan panen dilakukan pada saat yang hampir bersamaan.
3. Rotasi tanaman bertujuan untuk memutus siklus hidup hama, dengan dalam 1 atau 2 musim tanam makanan hama tidak tersedia sehingga cenderung mati.
4. Monitoring pengawasan terhadap gejala serangan sehingga pengendalian akan lebih afektif.
5. Penggunaan perangkap lampu
·    Tindakan kuratif penyemprotan pestisida (furadan, basudin, diazinon), usahakan menggunakan pestisida nabati.
3.      Jagung
Merupakan jenis tanaman monokotil yang juga dapat menambat N diudara, tanaman ini dapat memproduksi 2,3 bahkan lebih tongkol jagung dalam 1x masa tanam. Penurunan hasil terbesar akibat serangan hama penggerek batang (Ostrinia furnacalis).
Jenis hama yang menyerang
     hama penggerek batang (Ostrinia furnacalis) hama berbentuk seperti ulat merupakan hama utama pada tanaman jagung yang pada umumnya menyerang pada masa vegetatif akhir. Gejala yang ditimbulkan yakni:
·    Terdapat lubang gerekan pada batang, penyerapan tanaman terganggu
·    Pada serangan lebih lanjut tanaman akan roboh
·    Bagian pucuk tanaman layu, menguning kemudian roboh
Pengendalian (sistem PHT)
·    Tanam varietas tahan
·    Lakukan rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup hama
·    Pengolahan tanah yang tepat dan pemberian furadan karena biasanya ulat berada dalam tanah.
·    monitoring
·    Lakukan penyemprotan pestisida
4.      Kakau
Tanaman kakau (Theobroma cacao L.) merupakan tanaman tahunan yang menghasilkan buah kakau sebagai hasil produksinya yang diolah menjani coklat atau kopi. Penurunan hasil terbesar pada kakau akibat serangan Penggerek Buah Kakau, (Conopomorpha cramerella) kehilangan hasil akibat serangan ini dapat mencapai 75-80 % (Wiryadiputra et al., 1994).
Jenis hama yang menyerang
            Conoponomorpha cramella hama ini menyerang pada buah kakau dengan cara melubangi buah dan mengkonsumsi bagian dalam buah. Gejala yang ditimbulkan yakni:
·    Terdapat lubang pada buah, pada bagian area lubang berwarna kehitaman.
·    Buah kakau tidak dapat berkembang lagi
·    Buah menjadi sangat ringan – busuk
Pengendalian (sistem PHT)
·    Menanam varietas tahan untuk menjaga kekebalan tanaman terhadap hama.
·    Dilakukan pemanenan lebih awal dengan interval 5-7 hari
·    Pemanenan dan Penanaman dilakukan secara serentak agar persediaan makananPBK menjadi lebih sedikit.
·      Sanitasi : dilakukan dengan cara membersihkan areal kebun dari daun-daun kering, tanamn tidak sehat, ranting kering, kulit buah maupun gulma yang berada di sekitar tanaman, Sehingga akan menciptakan suatukondisi yang tidak sesuai dengan lingkungan untuk  perkembangbiakan hama PBK
·      Menyebarkan musuh alami antara lain semut hitam Dolichoderus bituberculatu). Semut hitam banyak dijumpai di pohonrambutan, sirsak, kelapa, dan sebagainya.
5.      Tembakau
            Tembakau merupakan jenis tanaman perkebunan semusim yang dimanfaatkan untuk pembuatan rokok dan cerutu serta menjadi salah satu bahan pembuat pestisida nabati. Pada dasarnya tembakau telah memiliki ketahanan terhadap hama karena memiliki k yang dapat meracuniandungan nikotin yang cukup tinnggi. Hama utama pada tembakau yakni ulat (Spodoptera litura).
Hama yang menyerang
            ulat (Spodoptera litura) hama ini menyerang pada daun tanaman tembakau, pada umumnya srangan tertinggi pada daun tanaman yang masih muda. Gejala seranga yang ditimbulkan yakni:
·    Daun berlubang, lubang pada daun ini akibat aktifitas makan dari hama. Adanya lubang pada daun ini akan menghambat pertumbuhan tanaman karena proses fotosintesis terganggu.
Pengendalian (sistem PHT)
·    Penanaman varietas tahan, hal ini bertujuan agar ketahanan tanaman lebih baik serta pengendalian yang dilakukan lebih mudah
·    Menerapkan sistem tanam tumpang sari kapas dengan palawija (jagung, kacang hijau, kedelai atau kacang tanah). Bertujuan sebagai tanaman pengalih dari serangan hama.
·    Melakukan pemantauan populasi serangga hama dan musuh alaminya setiap 5–7 hari; dan tindakan pengendalian hama berdasarkan ambang kendali.
·    Penyemprotan ekstrak biji mimba (pestisida nabati)
·    Mengatur jarak tanam untuk menekan penyebaran hama ke tanaman lainnya.
Sumber:
Nurindah. 2009. Konsep dan Implementasi Teknologi Budi Daya Ramah Lingkungan pada Tanaman Tembakau, Serat, dan Minyak Industri. Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 1(1), April 2009 ISSN: 20856-6717

Suwitra. 2008. Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao Conopomorpha Cramerella Dengan Metode Sarungnisasi Pada Ukuran Buah Kakao Yang Berbeda. Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian


hhttp://prabowo, yudi. 2010. Teknik budidaya jagung.

Hakim, Lukman. 2010. Pengendalian ulat grayak (spodoptera litura) pada tanaman kedelai dan pengendaliannya. Universitas Syiah Kuala. Banda aceh