Kebun Bunga

menyediakan bunga, pohon, dan bibit tanaman buah

Kamis, 19 April 2012

observasi lahan karet


OBSERVASI LAHAN KARET


LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG
LAHAN KARET

diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Poduksi Tanaman II

 

Di Susun Oleh :
Anik Nur Rohmah                                              (101510501137)   
Ulil Abror Putra Yudha                                     (101510501143)
Arini Noor Hakiki                                               (101510501148)
Ria Mahasiwi N.                                                 (101510501166)
Ervina Lukistasari                                              (101510501167)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Dalam pertanian, lahan merupakan hal yang penting dalam menunjang keberhasilan perkembangan produksi tanaman. Setiap tanaman memiliki adaptasi yang berbeda pada lahan yang digunakan sebagai madia tanam. Lahan – lahan yang digunakan untuk pembudidayaan mempunyai karakteristik berbeda – beda di masing – masing daerah tergantung dari profil tanah yang ada. Saat ini, jenis lahan yang dimanfaatkan untuk pertanian dan berdasarkan tanaman yang dibudidaya sangat beragam, antara lain lahan perkebunan. Salah satu tanaman perkebunan adalah tanaman karet.
Tanaman karet merupakan polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis tumbuhan. Karakteristik lahan yang baik bagi tanaman karet yaitu pada dasarnya, hampir semua jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m.  Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur,  tekstur, sulum, kedalaman air tanah,  aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik  karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH  < 3,0 dan > pH 8,0.  Sifat-sifat  tanah yang cocok untuk tanaman karet pada   umumnya antara lain : Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas, Aerase dan drainase cukup,       Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air, Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir,  Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm, Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara  mikro, Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5, Kemiringan tanah < 16% dan Permukaan air tanah < 100 cm.
Salah satu lahan yang memiliki karakteristik yang mendukung pembudidayaan tanaman karet adalah lahan yang terdapat di daerah Kali Jompo, Jember. Ditempat tersebut dimanfaatkan sebagai lahan kebun karet yang memiliki luasa sebesar 133 Ha. Selain perkebunan, di tempat tersebut juga terdapat pabrik yang mengolah getah karet menjadi bahan karet yang belum jadi secara sempurna. Namun selain kondisi tanah yang mendukung, kondisi lingkungan juga mempengaruhi perkembangan dari produktivitas tanaman karet tersebut, faktor lain yang mempengaruhi yaitu iklim, cuaca, pengolahan tanah, varietas benih yang digunakan, pengairan, curah hujan dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). teknik pembudidayaan tanaman kart juga harus diperhatikan dan dilakukan dengan tepat agar hasil produksi tanaman karet dapat maksimal dan memiliki kualitas yang baik. Pada dasarnya tanaman karet memiliki banyak manfaat yaitu sebagai bahan utama pembuatan ban, beberapa alat-alat kesehatan, alat-alat yang memerlukan kelenturan dan tahan goncangan. Dibeberapa tempat salah satunya Perkebunan karet di Jember, biji karet juga dimanfaatkan sebagai camilan dengan proses tetentu, rasanya gurih namun dosis konsumsinya tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan konsumen merasa pusing. Namun disamping keuntungan yang diperoleh, juga terdapat permasalahan yang dihadapi dalam pembudidayaan tanaman karet, khususnya dalam skala besar sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap masalh yang timbul agar hasil produksi tanaman karet dapat maksimal dan berkualitan baik.

1.2    Tujuan
1.        Untuk mengetahui data dan analisis lahan serta pengolahan tanah.
2.        Untuk mengetahui cara budidaya tanaman karet.
3.        Untuk mengetahui dan mempelajari permasalahan pada tanaman karet.

1.3    Manfaat
1.        Agar  mengetahui data dan analisis lahan serta pengolahan tanah.
2.        Agar mengetahui cara budidaya tanaman karet.
3.        Agar mengetahui dan mempelajari permasalahan pada tanaman karet.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi
Klasifikasi tanaman karet (Hevea brasiliensis) adalah sebagai berikut (Wikipedia) :
Divisi               : Spermatophyta
Subdivisi         : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Ordo                : Euphorbiales
Family             : Euphorbiaceae
Genus              : Hevea
Spesies            : Hevea brasiliensis Muell Arg.
2.2  Syarat Tumbuh Tanaman Karet
Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya (Sarana Agri.2012).  
2.2.1 Iklim 
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU.  Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat.
a.    Curah hujan 
            Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun.   Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.
b.   Tinggi tempat 
                        Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut.  Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 250C sampai 350C.

c.    Angin
            Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet
2.2.2 Tanah 
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah  dibandingkan dengan sifat kimianya.  Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat  tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya.
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik  karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH  < 3,0 dan > pH 8,0.  Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada  umumnya antara lain:
o  Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
o  Aerase dan drainase cukup
o  Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
o  Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
o  Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
o  Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara  mikro
o  Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5
o  Kemiringan tanah < 16% dan
o  Permukaan air tanah < 100 cm.
2.2.3 Media Tanam
Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi sub soil dengan kompos tandan kosong kelapa sawit dan diharapkan kombinasi ini akan membantu dalam hal penyediaan media tanam yang subur menyerupai top soil mengingat semakin banyaknya kerusakan lahan pertanian Indonesia. Media tanam ini dimasukkan ke dalam polybag.
Media tanam, hasil karet maksimal  didapatkan jika di tanam di tanah subur, berpasir, dapat melalukan air dan tidak berpadas (kedalaman padas yang dapat ditolerir adalah 2-3 m). Tanah ultisol yang kurang subur banyak ditanami karet dengan pemupukan dan pengolahan yang baik (http://www.agroindonesia.com., 2006).
2.2.4 Persiapan  Tanam dan Penanaman
 Dalam pelaksanaan penanaman tanaman karet diperlukan berbagai langkah yang dilakukan secara sistematis mulai dari pembukaan lahan sampai dengan penanaman.
a. Pembukaan lahan (Land Clearing) 
 Lahan tempat tumbuh tanaman karet harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan hasil tebas tebang, sehingga jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman.  Kegiatan pembukaan lahan ini meliputi :
(a)      Pembabatan semak belukar
(b)     Penebangan pohon
(c)      Perecanaan dan pemangkasan
(d)     Pendongkelan akar kayu
(e)      Penumpukan dan pembersihan
Seiring dengan pembukaan lahan ini dilakukan penataan lahan dalam blok-blok, penataan jalan-jalan kebun, dan penataan saluran drainase dalam perkebunan. 
b.  Persiapan Lahan Penanaman 
 Dalam mempersiapkan lahan pertanaman karet juga diperlukan pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan persyaratan.   Beberapa diantara langkah tersebut antara lain :
1.    Pemberantasan alang-alang dan gulma lainnya 
2.    Pengolahan tanah
3.    Pembuatan teras/petakan dan benteng/piket
4.    Pengajiran
5.    Pembuatan lubang tanam
2.2.5 Pemeliharaan Tanaman 
Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan  tanaman karet meliputi pengendalian  gulma, pemupukan dan pemberantasan penyakit tanaman.
Pengendalian gulma
Areal pertanaman karet, baik tanaman  belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium, dll sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Program pemupukan
Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali pemberian  dalam setahun.  Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus.  Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan.  Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl. 
Pemberantasan Penyakit Tanaman
Penyakit karet sering menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet. Kerugian yang ditimbulkannya tidak hanya berupa kehilangan hasil akibat kerusakan tanaman, tetapi juga biaya yang dikeluarkan dalam upaya pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah pengendalian secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat penyakit tersebut perlu dilakukan. Lebih 25 jenis penyakit menimbulkan kerusakan di perkebunan karet. Penyakit tersebut dapat digolongkan berdasarkan nilai kerugian ekonomis yang ditimbulkannya.



BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu Dan Tempat
            Praktikum Lapang mata kuliah “Produksi Tanaman II” ini dilaksanakan pada hari Kamis Tanggal 23 Februari 2012 Pukul 09.30-12.30 WIB di PT Kalianda Concern Perkebunan Kopi Dan Karet Kali Jompo, Jember.

3.2 Alat Dan Bahan
1. Kendaraan Bermotor
2. Peralatan Tulis
3. Kamera Digital

3.3 Cara Kerja
1. Melakukan perjalanan menuju lokasi observasi / praktikum lapang.
2. Melakukan izin kepada petugas perkebunan setelah sampai dilokasi observasi / praktikum lapang.
3. Melakukan observasi dengan P. Agus Dwi Martono yang merupakan seorang sinder perkebunan tersebut.
4. Melakukan foto bersama dengan P. Agus Dwi Martono.
5. Melakukan pemotoan terhadap lahan-lahan karet.



BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Lahan
            PT Kalianda Concern merupakan salah satu perkebunan kopi dan karet yang berada didaerah Kali Jompo Kabupaten Jember. Luas areal perkebunan ini mencapai ±393 Ha yang terbagi atas dua komoditas tanaman yaitu tanaman kopi dan karet. Luas lahan yang dipergunakan untuk tanaman karet mencapai 133 Ha, dengan hasil produksi yang dapat diperoleh sebanyak 192,9 ton/tahun. Sedangkan luas lahan yang dipergunakan untuk tanaman kopi mencapai 260 Ha dengan hasil komoditas yang diperoleh sebanyak 19 ton/tahun. Oleh karena itu, komoditas karet lebih diutamakan dibanding kopi karena hasil produknya lebih besar. Tanaman karet yang diusahakan dalam 1 Ha lahan, terdapat 500 pohon karet pada awal tanam sampai beberapa kali produksi, namun beberapa pohon mengalami kerusakan akibat serangan OPT ataupun karena kondisi alam sehingga pada saat ini tinggal tersisa + 400 pohon. Selain itu, hal ini terjadi karena kondisi pohon karet yang sudah kurang baik dan telah dilakukan peremajaan. Peremajaan pada tanaman karet dapat dilakukan setelah tanaman berusia 20-25 tahun. Jika produksi karet pada usia 20 tahun sudah mengalami penurunan sehingga dapat dilakukan peremajaan, jika masih dalam kondisi yang baik produksinya maka dapat dipertahankan hingga usianya mencapai 25 tahun.
            Secara umum kondisi lahan pada perkebunan ini sebenarnya kurang begitu baik karena usia olah tanahnya sudah lebih dari 100 tahun serta amat jarang dilakukan penambahan bahan organik sehingga kesuburan tanahnya sedikit menurun. Selain itu, melihat dali pola pemupukan yang hampir 100% menggunakan pupuk kimia dapat mempengaruhi kondisi tanahnya. Jika dilihat dari kondisi topografinya sangat dimungkinkan terjadinya penurunan kesuburan dan kandungan bahan organiknya karena kemiringanlahan yang cukup curam. Oleh karena itu, beberapa waktu ini menurut kepala perkebunan mulai dilakukan penerapan penggunaan pupuk organik untuk menunjang pemupukan menggunakan pupuk sintetis/kimia. Berdasarkan tekstur tanahnya lahan termasuk jenis tanah lempungan sebab tekstur lempungnya cukup tinggi
4.2 Permasalahan Tanaman Karet
            Pada budidaya tanaman karet, yang menjadi permasalahan dalam produksinya yaitu kondisi cuaca dan iklim, pemupukan yang tepat serta keterampilan para penyadap (SDM). Produksi tanaman karet mencapai 192,9 / tahun. Cuaca sangat mempengaruhi produksi karet pada perkebunan ini, hal ini terjadi karena pengelolaan air atau irigasi tidak dilakukan, artinya irigasi hanya mengandalkan cuaca. Selain itu, perubahan cuaca yang cukup ekstrim sangat berpengaruh pada produksi getah yang dihasilkan. Kendala utama yang berhubungan dengan cuaca yakni curah hujan yang sangat tinggi dimusim hujan dan dalam keadaan kering saat musim kemarau.
Tabel curah hujan tahun 2011
No
Bulan
Curah hujan
Hari hujan
1
Januari
548 mm
25 hari
2
Februari
653 mm
23 hari
3
Maret
876 mm
27 hari
4
april
351 mm
21 hari
5
Mei
176 mm
17 hari
6
juni
10 mm
2 hari
7
Juli
9 mm
1 hari
8
Agustus
1 mm
1 hari
9
September
16 mm
1 hari
10
Oktober
159 mm
13 hari
11
November
485 mm
26 hari
12
Desmber
710 mm
27 hari
            Berdasarkan tabel curah hujan tahun 2011dapat diketahui bahwa tingkat bulan basah lebih tinggi dibanding bulan kering. Bulan basah terjadi selama 8 bulan, sedangkan bulan kering selama 4 bulan. Tingginya curah hujan ini yang dapat sedikit penurunkan produksi getah karet, selain itu proses pembentukan buah pada kopi juga jarang terjadi karena perkembangan bungan terganggu oleh adanya hujan sehingga bunga yang dihasilkan rontok. Hal inilah yang menurunkan produktifitas kedua komoditas ini.
Sedangkan dalam hal pemupukan, tanaman karet hanya dilakukan satu kali dalam satu tahun. Pemupukan sebanyak 0,5 kg / pohon. Pemberian pupuk ini hanya sedukit karena adanya prosedur pemupukan pada perkebunan yang juga harus memperhatikan pemupukan pada tanaman kopi sehingga dilakukan pembagian pupuk. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk N, P, K dan Mg dengan perbandingan 15 : 15 : 6 : 4. Kendala yang selanjutnya yakni ketrampilan penyadap yang kurang memadai, rata-rata pekerja kurang memperhatikan cara penyadapannya sehingga cara sadap yang kurang baik dapat merusak jaringan tanaman dan menurunkan produksi.
4.3 Pengelolaan Tanah
            Pada setiap budidaya tanaman pasti dilakukan pengelolaan tanah terlebih dahulu, pengolahan dilakukan pada saat peremajaan dengan cara pemberian bahan organik kedalam tanah. Hal ini menjadi hal utama yang penting dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi dengan maksimal. Pengelolaan lahan awal untuk tanaman karet yaitu dengan membuat lubang sebagai tempat tanaman yang akan ditanam dengan ukuran 50 x 50 cm.
            Pengolahan yang dilakukan yakni dengan “land clearing” merupakan metode pengolahan dengan pembersihan lahan dari gulma dan seresah maupun pengkondisian tanah dari patogen misal pengeringan tanah. Selanjutnya dilakukan penganjiran yakni pemberian ajir pada area yang akan ditanami denganjarak tanam yang telah disesuaikan. Penanaman dilakukan setelah keret berusia sekitar 1,5 tahun atau setelah muncul dua payung (dua ruas daun) dan dilakukan pemanenan setelah tanaman berusia sekitar 5 tahun.
4.4 Sumbangsi Perkebunan
            Hasil perkebunan yang diperoleh selain digunakan untuk mensejahterakan para pekerja perkebunan juga memiliki konstribusi yang nyata terhadap masyarakat. Konstribusi yang dilakukan yang diberikan secara umum yakni pembuatan akses jalan raya. Perkebunan ikut serta dalam proses pembanganan sarana transportasi berupa jalan, baik itu pembangunan irigasi disekitar jalan ataupun yang lainnya. Selain itu, perkebunan juga memeberikan sumbangsi terhadap pendidikan di daerah tersebut bahkan perkebuanan juga menjadi donatur bagi beberapa sekolah di daerah tersebut. Oleh karena itu, perkebunan kali jompo ini terus mendapat dukungan yang positif dari masyarakat.
BAB 5 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain:
1.    Perkebunan karet dikalijompo ini dapat dikatakan telah berada pada lokasi yang cukup strategis karena terletak dekat aliran sungai, selain itu memiliki karakteristik lahan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman karet.
2.    Metode yang digunakan dalam pengolahan tanah pada kebun karet di Kali Jompo ini menggunakan metode “land clearing” merupakan metode pengolahan dengan pembersihan lahan dari gulma dan seresah maupun pengkondisian tanah dari patogen misal pengeringan tanah.
3.    Permasalahan yang dihadapi antara lain, menurunnya tingkat kesuburan lahan akibat usia lahan yang “tua” dan kondisi lingkungan yang kurang mendukung yakni kondisi iklim dan cuaca.

















DAFTAR PUSTAKA



Suhendry, I. dan A.  Daslin.  2002.  Kajian Finansial Penggunaan Klon Karet Unggul Generasi IV.  Warta Pusat Penelitian Karet, Vol. 21, No. 1- 3, p. 18-29.



LAMPIRAN
DSC02118     DSC02120



DSC02132