Kebun Bunga

menyediakan bunga, pohon, dan bibit tanaman buah

Selasa, 23 Oktober 2012

Pemeliharaan Tanaman Kakao Di Lapang


Pemeliharaan Tanaman Kakao Di Lapang
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kakau merupakan tanaman perkebunan tahunan yang banyak ditanam di daerah pegunungan. Pada saat ini tanaman kakao mulai menjadi salah satu komoditas perkebunanutana yang diusahakan petani dan pemerintah. Tanaman ini dianggap memiliki prospek pasar yang baik di kalangan internasional sehingga saat ini mulai banyak perhatian terhadap tanaman kakao ini. Perkebunan  kakao di Indonesia mengalami perkembangan  pesat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir dan pada tahun 2002 areal perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas 914.051 ha. Perkebunan kakao tersebut sebagianbesar   (87,4%)  dikelola  oleh  rakyat  dan  selebihnya  6,0%  perkebunan   besar  negara  serta  6,7% perkebunan  besar swasta. Jenis tanaman  kakao yang diusahakan  sebagian  besar adalah jenis kakao lindak dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Di samping itu juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Tanaman kakao ini pada umumnya dikelola oleh perkebunan, hal ini karena pembiayaan budidaya tanaman kakao tergolong tinggi dan membutuhkan lahan yang sangat luas. Selain itu, pekerja yang dibutuhkan untuk budidaya taaman kakao juga cukup banyak di awal sehingga petani mengalami kesulitan dalamhal permodalannya. Pada dasarnya petani mampu berbudi tanaman kakao namun kendala utama yakni pada kepemilikan lahan yang sempit. Tanaman kakao sendiri cukup mudah untuk dibudidayakan karakteristik yang diharapkan untuk pertumbuhan tanaman kakao hanya kesesuaian lahan dan iklim. Ditinjau dari wilayah penanamannya, cokelat ditanam pada daerah-daerah yang berada pada 10 derajat LU sampai dengan 10 derajat LS. Hal tersebut berkaitan dengan distribusi curah hujan dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun. Areal penanaman cokelat yang ideal adalah daerah-daerah bercurah hujan 1.100-3.000 mm/tahun. Suhu udara ideal  bagi pertumbuhan cokelat adalah 30-32 derajat C (maksimum) dan 18-21 derajat C (minimum). Berdasarkan keadaan iklim di Indonesia, suhu udara 25–26 derajat C merupakan suhu udara rata-rata tahunan tanpa faktor pembatas. Karena itu, daerah-daerah tersebut sangat cocok jika ditanami cokelat. Cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti tanaman cokelat akan menyebabkan lilit batang kecil, daun sempit dan tanaman relatif pendek.
Untuk mendapatkan tanaman yang baik maka benih yang digunakan harus berasal dari indukan yang unggul selain itu karakteristik lokasinya juga sesuai. Pertumbuhan bibit tanaman  kakao terbaik diperoleh pada tanah yang didominasi oleh mineral  liat  smektit dan berturut-turut diikuti oleh tanah yang mengandung khlorit, kaolinit dan haloisit. Tanaman cokelat dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki keasaman (pH) 6-7,5, tidak lebih tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4; Air tanah yang mempengaruhi aerasi dalam rangka pertumbuhan dan serapan hara. Untuk itu, kedalam air tanah diisyaratkan minimal 3 m. Faktor kemiringan lahan sangat menentukan kedalaman air tanah. Pembuatan teras pada lahan yang kemiringannya 8% dan 25% masing-masing dengan lebar minimal 1 m dan 1,5 m. Sedangkan lahan yang kemiringannya lebih dari 40% sebaiknya tidak ditanami cokelat. Media Tanam Daerah yang cocok untuk penanaman cokelat adalah lahan yang berada pada ketinggian 200-700 m dpl. Jika dilihat dari karakteristiknya pembudidayaan tanaman kakao cukup mudah dilakukan sehingga hanya permasalahan permodalan yang menjadi permasalahan utamanya.

1.2  Tujuan
Mahasiswa memahami cara pemupukan serta dosis pemupukan pada tanaman kakao di lapang.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Pada berbagai jenis tanaman, masalah salinitas ini akan menyebabkan pertumb.uhan tanaman menjadi terganggu dan pada jenis yang rentan akan menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh. Perbedaan tingkat toleransi juga dapat terjadi antar varietas karena perbedaan sifat genetis. Kenyataan ini menunjukkan perlunya dilakukan pengujian ketahanan berbagai varietas kakao terhadap tingkat salinitas, sebelum dilakukan penanaman di lapang. Informasi tental)g hal ini dapat dipakai untuk keperluan pemulia tanaman dalam mengembangkan bahan tanaman bagi program perluasan perkebunan (ekstensifikasi) terutama pada daerah pasang Sllfut dengan kandungan garam cukup tinggi (sudirman, 2009).
            Pemangkasan juga bermanfaat untuk mengendalikan PBK. Melalui pemang-kasan kita mengurangi / membuang cabang, ranting, dan daundaun yang tidak berguna sehingga penggunaan zat makanan lebih efektif, dan tanaman kakao akan semakin baik pertumbuhannya, bukan hanya dalam hal tajuk tetapi juga dalam pertumbuhan buah. Selain itu, pemangkasan akan memberikan banyak penetrasi sinar matahari, serta gerakan angin yang bebas sehingga akan mengurangi serangan PBK (assad, 2010).
            Pengendalian dapat dilakukan dengan cara mekanis, yaitu memotong cabang/rantingsakit sampai 15 cm pada bagian yang masihsehat; membersihkan /mengeruk benangbenangjamur pada gejala awal dari cabang yang sakit, kemudian diolesi dengan fungisida. Cara kedua adalah dengan kultur teknis, yaitu pemangkasan pohon pelindung untuk mengurangi kelembaban kebun sehingga sinar matahari dapat masuk ke areal pertanaman kakao (endang, 2005).
            Pemangkasan bentuk mulai dilakukan pada saat tanaman muda berumur 8 – 12 bulan dan telah tumbuh jorket. Cabang yang lemah dibuang dan mempertahankan 3 – 4 cabang yang simetris terhadap batang utama, kukuh, sehat dan mengarah ke atas membentuk sudut 450. Cabang-cabang utama yang dipilih hendaknya sudah mengayu dan daun flush sudah agak tua. Panjang cabang sekitar 30 - 40 cm. Cabang utama yang membentuk mendatar perlu dibantu agar membentuk sudut 450 dengan cara diikat dengan tali. Lamanya pengikatan sekitar 3 - 4 minggu. Ketinggian jorket yang ideal adalah 120 - 150 cm, apabila tumbuhnya kurang dari 120 cm , maka batang utama dapat dipotong setinggi 80 cm agar tumbuh tunas air (chupon) yang baru dan membentuk jorket yang lebih tinggi. Demikian pula apabila jorket lebih dari 150 cm, batang utama dapat dipotong setinggi 80 cm dan chupon yang tumbuh dipelihara sampai membentuk jorket yang baik (Sukamto, 2003).
Naungan dan kerapatan tanaman kakao dapat mempengaruhi insiden penyakit busuk buah karena pengaruh kelembaban di dalam kebun. Kerapatan tanaman kakao yang direkomendasikan di Papua New Guinea adalah maksimum 625 pohon per hektar, populasi tanman kakao yang direkomendasikan di Indonesia adalah 1000 pohon per hektar (PUSLITKOKA).menyarankan naungan dikurangi hingga rata-rata 10 tanaman yang tinggi per hektar. Pemangkasan untuk membentukdan membuka kanopi dengan memotong cabang yang dekat dengan jorget dan membuang chupon untuk memperbaiki sirkulasi udara di antara tanaman akan mengurangi insiden penyakit. Pemangkasan sebaiknya dilakukan pada puncak musim hujan, tetapi tidak pada waktu pembungaan atau perkembangan buah (Ramlan, 2008).
Buah muda yang terserang mengering lalu rontok, tetapi jika tumbuh terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk. Serangan pada buah tua, tampak penuh bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman, kulitnya mengeras dan retak. Serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan pucuk layu dan mati, ranting mengering dan meranggas. Hama ini dapat dikendalikan dengan pemangkasan dan cara hayati. Pengendalian dengan cara hayati merupakan cara yang amat penting, dan akan berjalan sendiri jika musuh alami tersedia dan dilestarikan. Jika menggunakan lamtoro sebagai tanaman pelindung, lakukan pemangkasan rantingranting lamtoro pada waktu ulat masih kecil, kemudian dimusnahkan (Wardojo, 1998).
Perawatan kebun kakao merupakan kegiatan yang harus dilakukan agar memperoleh produksi biji kakao yang tinggi dan terus berkelanjutan. Perawatan yang harus diprioritaskan, untuk tujuan seperti memperbaiki kondisi vegetatif tanaman kakao, meningkatkan produktivitas dan kesinambungan produksi hingga umur ekonomisnya sekitar 28 tahun dan menjaga kelestarian tanah dan lingkungannya, adalah pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit. Perawatan kebun kakao ini terbagi atas dua fase, yaitu perawatan dalam fase  tanaman belum menghasilkan (TBM) dan fase tanaman menghasilkan (TM). Perawatan dalam fase TBM adalah pembersihan gulma secara manual pada piringan tanaman, pemupukan, pemangkasan penaung tetap dan penaung sementara, pemangkasan bentuk tanaman kakao, dan pengendaliah hama maupun penyakit (Semangun, 2000).
Kakao (Theobroma cacao, L) merupakan salah komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi pekebun. Tanaman kakao yang ditanam di perkebunan pada umumnya adalah kakao jenis Forastero (bulkcocoa atau kakao lindak), Criolo (fine cocoa atau kakao mulia), dan hibrida (hasil persilangan antara jenis Forastero dan Criolo). Pada perkebunan – perkebunan besar biasanya kakao yang dibudidayakan adalah jenis mulia (Siregar, 2006).


BAB III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Usaha budidaya Komoditas Perkebunan Unggulan dengan acara Pemeliharaan Tanaman Kakao Di Lapang dilaksanakan pada hari selasa 02 oktober 2012 pukul 14.00 WIB. Di kebun Jubung Fakultas Pertanian Universitas Jember.
                                             
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. TanamanKakao
2. Berbagai macam pupuk N, P , k dan Kieserita

3.2.2 Alat
1.    Cangkul
2.    Sabit
3.    Alat Tulis
4.    Meteran

3.3 Cara Kerja
a. Pemeliharaan Tanaman Kakao Dilapang
1.    Menimbang berat pupuk yang akan diaplikasikan sesuai kebutuhan tanaman kakao yang ada
2.    Membersihkan lahan di sekitar tanaman kakao dengan menggunakan cangkul / sabit dengan jarak proyek tajuk pohon ( lebih kurang 1 m).
3.    Membuat parit melingkar pohon sedalam lebih kurang 10 cm
4.    Menaburkan pupuk pada alur yang melingkari piringan tajuk tanaman sedalam 10cm.
b. Pemangkasan Tanaman Kakao


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
            Kakao (Theobroma Cacao L) merupakan tanaman perkebunan penghasil coklat yang memiliki prospek menjanjikan/ baik. Hal ini, karena pada saat ini sebagian besar produksi kuliner dunia banyak yang menggunakan coklat sebagai salah satu bahan industrinya. Oleh karena itu, tanaman kakao menjadi salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai jual tinggi.  Tanaman kakao akan tumbuh dengan baik jika ditanam pada daerah-daerah yang berada pada 100 LU sampai dengan 100 LS. Hal tersebut berkaitan dengan distribusi curah hujan dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun. Lahan penanaman cokelat yang ideal adalah daerah bercurah hujan 1.100-3.000 mm/tahun, dengan suhu udara ideal  bagi pertumbuhan kakao adalah 30-320 C (maksimum) dan 18-210 C (minimum) dan suhu optimal 25–260 C. tanaman kakao ini merupakan jenis tanaman naungan sehingga perlu adanya naungan agar pertumbuhannya maksimal. Media penanaman yang baik pada tanah berPH 6-7,5 dengan pada ketinggian 200-700 m dpl. Tanaman kakao ini dapat diolah menjadi beberapa produk seperti cokelat, kopi, dan produk kosmetik sehingga permintaan kakao menjadi semakin tinggi. Hal ini yang menyebabkan kakao banyak dibudidayakan.
            Soal no 2
Untuk mendapatkan produksi kakao yang tinggi harus dilakukan pemeliharaan tanaman yang baik baik itu mengenai pengolahan tanah, perawatan tanaman, pemupukan, pemangkasan sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baikdengan produksi maksimal. Pemeliharaan yang diterapkan untuk mendapatkan produksi yang tinggi antara lain:
1.      Pengolahan tanah
Pengolahan dilakukan dengan cara melakukan penggemburan tanah (top soil) secara berkala agar aerasi dan drainase tanah berlangsung dengan baik. Penggemburan ini dapat dilakukan 1bulan sekali utamanya saat musim kemarau yang disertai dengan penyiraman.
2.      Perawatan
Perawatan yang dilakukan meliputi penyiraman, pemupukan, sanitasi (penyiangan), pemangkasan dan pengendalian hama penyakit.
ü  Penyiraman, proses ini intensif dilakukan saat tanaman masih muda mulai dari pembibitan, pemindahan tanaman dilapang hingga tanaman berumur 1 bst (bulan setelah tanam). Saat tanaman telah dewasa tidak perlu dilakukan penyiraman kecuali saat pemupukan dan kemarau panjang.
ü  Pemupukan, pemupukan dilakukan 2x dala satu tahun dengan (urea, Tsp, Kcl, MgSO4) pemupukan rutin ini dilakukan saat tanaman telah dewasa. Pada saat awal pertumbuhan dilakukan pemupukan sesuai dengan umur dan dosis yang telah ditentukan.
ü  Sanitasi, penyiangan dilakukan untuk pengurangi persaingan penyerapan hara antara tanaman dengan gulma. Selain itu, penyiangan bertujuan untuk mengurangi inang bagi hama, pathogen dan penyakit yang dimungkinkan berada pada gulma.
ü  Pengendalian hama penyakit, dilakukan berdasarkan gejala-gejala yang ditimbulkan.
ü  Pemangkasan, pemangkasan dilakukan 3x yakni Pemangkasan Bentuk bertujuan untuk memperoleh bentuk frame/ kerangka tanaman yang baik, kuat dan seimbang. Pemangkasan Pemeliharaan bertujuan untuk mempertahankan kerangka tanaman yang telah terbentuk baik, mengatur penyebaran daun produktif, merangsang pembentukan daun baru, bunga dan buah serta meminimalisir serangan hama dan penyakit. Pemangkasan Produksi bertujuan untuk memaksimalkan produktifitas tanaman sehingga keseluruhan hasil metabolism tanaman diberikan pada proses pembentukan bunga dan perkembangan buah.
Proses diatas harus dilakukan secara optimal dan rutin untuk mendapatkan hasil produksi kakao yang tinggi.
Pemangkasan dilakukan berdasarkan kondisi tanaman dan fase pertumbuhannya sebab pada fase-fase terntentu tidak boleh dilakukan pemangkasan. Pemangkasan tidak boleh dilakukan pada saat tanaman berbungan dan tamanan berbuah lebat. Hal ini karena pada masa pembungaan dan pembentukan buah tanaman banayak membutuhkan nutrisi, dan hasil fotosintesis yang berupa energy dan karbohidrat sehingga jika dilakukan pemangkasan pada saat pembungaan dan pembentukan buah akan terjadi proses penyembuhan luka akibat pemangkasan. Hal ini akan menyebabkan sebagian besar hasil fotosintesis diberikan pada penyembuhan luka, sehingga proses pembungaan dan perkembangan buah akan terhambat dan kemungkinan besar akan terjadi pengguguran bunga dan buah muda sehingga produksi tanaman akan banyak menurun.
Pemangkasan kakao dibagi menjadi 3 macam yang masing-masing memiliki tujuan yang berbeda-beda antara lain:
1.      Pemangkasan Bentuk
Dilakukan pada cabang-cabang primer yang bertujuan untuk memperoleh bentuk frame/ kerangka tanaman yang baik, kuat dan seimbang. Pemangkasan dilakukan saat kakao berumur 10-18 bulan dan bergantung pada pertumbuhan tanaman. Cabang yang dibentuk adalah cabang yang tumbuh dari jorket pada ketinggian 1-2 meter. Cabang primer yang tumbuh hendaknya dipilih sebanyak 3-4 cabang untuk dipelihara serta Cabang-cabang yang sakit dan yang mati/kering dibuang.
2.      Pemangkasan Pemeliharaan
Pemangkasan rutin yang dilakukan setiap 2-3 bulan pemangkasan dilakukan pada tajuk tanaman dengan cara memotong ranting yang terlindung dan menaungi. Tujuan pemangkasan ini adalah untuk mempertahankan kerangka tanaman yang telah terbentuk baik, mengatur penyebaran daun produktif, merangsang pembentukan daun baru, bunga dan buah serta meminimalisir serangan hama dan penyakit.
3.      Pemangkasan Produksi
Pemangkasan dilakukan pada cabang-cabang sekunder dan tersier dengan jarak 15-25 cm dari cabang sekunder, ranting yang terlindung dan menaungi juga dipotong. Tujuan pemangkasan ini adalah untuk memaksimalkan produktifitas tanaman sehingga keseluruhan hasil metabolism tanaman diberikan pada proses pembentukan bunga dan perkembangan buah. Dengan pemangkasan ini diharapkan cahaya matahari dapat tersebar secara merata sehingga fotosintesis berlangsung dengan baik.
Soal no 6
            Pemupukan merupakan proses pemberian input nutrisi dari luar untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Pemupukan dapat dilakukan memalui dua cara yakni melalui tanah dan daun. Frekuensi pemupukan sendiri bergantung pada jenis tanaman, umur dan fase perkembangan tanaman. Pada tanaman kakao dilakukan 2 kali pemupukan dan jika memungkinkan dilakukan 3-4 kali pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan cara.
ü  Membersihkan daerah piringan tanaman (melingkar ±1 m dari tanaman) dari gulma yang bertujuan untuk mengurangi persaingan penyerapan hara nantinya.
ü  Membuat galian parit sedalam 10 cm pada tepi piringan melingkar  ±1 m, hal ini dilakukan karena penyerapan akar terbaik pada ujung tajuk tanaman.
ü  Menaburkan pupuk (N,P,K dan Kieserite) pada lubang parit secara merata.
ü  Menimbun parit yang telah diberikan pupuk bertujuan untuk menghindari terjadinya penguapan.
ü  Menyiram pupuk yang telah ditimbun agar mudah diserap oleh tanaman.
Untuk pemupukan lewat daun dilakukan sebagai pelengkap unsure hara saja, jika terjadi defisiensi hara mikro (Cu, Zn, Mn, Fe) pemupukan dilakukan dengan cara menyemprotkan larutan pupuk pada daun dan diusahakan dilakukan pada pagi atau sore hari untuk mengurangi penguapan.




BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai praktikum pemeliharaan dan pemangkasan tanaman kakao dilapang antara lain:
1.      Kakao merupakan tanaman perkebunan penghasil coklat yang memiliki prospek manjanjikan dan dapat diolah menjadi berbagai macam produk seperti cokelat, kopi bubuk, dan bahan kosmetik.
2.      Terdapat berbagai factor yang mempengaruhi produksi tanaman kakao seperti varietas, kondisi lingkungan dan cara perawatannya.
3.      Pemeliharaan tanaman kakao yang utama adalah penyiraman, pemupukan dan tindakan perawatan seperti sanitasi dan pemangkasan.
4.      Pemangkasan harus menyesuaikan dengan fase perkembangan kakao agar tidak menurunkan produktifitasnya.
5.      Pemangkasan kakao terdiri atas tiga acam, pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan dan pemangkasan produksi.
6.      Fungsi utama pemupukan adalah untuk menyuplai nutrisi tambahan untuk kakao agar tumbuh dengan baik dan produksi maksimal.
7.      Pemupukan pada kakau dilakukan dengan dua cara, pembenaman pupuk dalam tanah pada tepi tajuk tanaman dan pemupukan lewat daun.

5.2 Saran
            Jika memungkinkan praktikum pemangkasan dan perawatan tanaman kakao hendaknya dilakukan pada musim penghujan agar kegiatan lebih efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA
Asaad, muh. 2010. Kajian Pengendalian Penyakit Busuk Buah Kakao, hytophthora Sp. Menggunakan Trichoderma Dan Kombinasinya Dengan Penyarungan Buah. Prosiding Seminar Ilmiah Dan Pertemuan Tahunan PEI Dan PFI XX

Ending, surya. 2005. Pengembangan Teknik Pemantauan Penggerek Buah Kakao (PBK) Conopomorpha cramerella Snell. Pelita Perkebunan 2005, 21(3), 159—168

Ramlan. 2008. Pengelolaan Penyakit Busuk Buah Kakao. Satker Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Barat

Semangun, H. 2000. Penyakit-penyakit tanaman perkebunan di Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Sudirman, Yahya. 2009. Uji Toleransi Terhadap Salinitas Bibit Beberapa Varietas Kakao (Theobroma Cacao L). Bul. Agr. WIl. XX No. 3

Sukamto, S. 2003. Trichoderma spp. Sebagai Agensia Pengendalian Penyakit Busuk Buah Kakao. Laporan Hasil Penelitian Balitkoka. 5 Hlm.

Siregar, T.H.S.; Riyadi, S dan L. Nuraeni. (1998). Budidaya, Pengelohan dan Pemasaran Coklat. Penebar Swadaya. 169 hal

Wardojo, S. (1998). Metode Pengamatan Penggerek Buah Coklat. Prosiding Lakakarya Hama Penggerek Buah Coklat. Tanjung Morawa,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar