Kebun Bunga

menyediakan bunga, pohon, dan bibit tanaman buah

Sabtu, 22 Juni 2013

pengaruh / respon hormon IBA (Indole Butyric Acid)

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Salah satu usaha untuk meningkatkan persentase pertumbuhan stek ialah dengan menggunakan jenis hormon IBA (Indole Butyric Acid) yang merupakan jenis hormon yang digunakan untuk merangsang pembentukan akar. Hormon IBA digunakan karena perbanyakan stek mempunyai beberapa kendala, yaitu zat tumbuh tidak tersebar merata sehingga pertumbuhan stek tidak seragam. IBA memiliki kandungan kimia yang lebih stabil dan daya kerjanya lebih lama sehingga dapat memacu pembentukan akar. IBA (Indole Butyric Acid) yang diberikan pada stek akan tetap berada pada tempat pemberiannya sehingga tidak menghambat pertumbuhan dan perkembangan tunas. Hormone ini akan merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar sehingga sistem penyerapan hara akan berlangsung dengan baik sehingga tanaman akan berkembang secara optimal.
Tanaman yang digunakan untuk penelitian pengaruh hormone IBA pada pertumbuhan akar yakni tanaman buah naga. Buah naga yang dipilih adalah buah naga daging putih (Hylocereus undatus). Pemilihan buah naga putih ini karena memiliki syarat tumbuh yang cocok untuk ditanam di dataran rendah yakni dengan suhu yang tidak terlalu sejuk, jika buah naga putih ditanam pada suhu yang relatif sejuk maka produktivitasnya akan berkurang karena akan lebih banyak tumbuhnya tunas daripada buah. Perlakuan yang diberikan yakni 5 variasi konsentrasi hormon IBA, yaitu 0 ppm, 500 ppm, 1000 ppm, 2000 ppm, dan 4000 ppm dengan setiap perlakuan diulang 5 kali sehingga didapatkan 25 unit eksperimen. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Semakin tinggi konsentrasi IBA, maka berpengaruh positif terhadap pertumbuhan akar pada stek batang tanaman buah naga yang meliputi persentase stek yang berakar, panjang akar, dan biomassa akar. Perlakuan dengan konsentrasi 2000 ppm terjadi peningkatan paling tinggi sedangkan pada perlakuan dengan konsentasi 500 ppm memberikan pengaruh terhadap persentase stek yang berakar, panjang akar, dan biomassa akar yang rendah. Pada konsentrasi 0 ppm yang merupakan kontrol tidak menunjukkan adanya pertumbuhan akar. Pada konsentrasi 4000 ppm terjadi penurunan.
Pada grafik diatas menunjukkan adanya perkembangan jumlah akar yang signifikan yang seiring dengan penambahan IBA sampai pada titik tertentu. Hormon IBA mendorong pembelahan sel dengan cara mempengaruhi dinding sel epidermis. Induksi auksin dapat mengaktivasi pompa proton (ion H+) yang terletak pada membran plasma sehingga menyebabkan pH pada bagian dinding sel lebih rendah dari biasanya, yaitu mendekati pH membran plasma. Hormon auksin mampu mengendurkan dinding sel epidermis, sehingga dinding sel epidermis yang sudah kendur menjadi mengembangHal ini dapat memudahkan air masuk ke dalam batang. Masuknya air ke dalam batang akan memacu proses perakaran. selain itu masuknya hormon IBA ke dalam dinding sel epidermis mampu mempengaruhi aktivitas gen dalam memacu transkipsi berulang DNA menjadi m-RNA. Tersedianya m-RNA ini maka akan terjadi tranlasi m-RNA menjadi enzim yang mempunyai aktivitas katalis tinggi pada konsentrasi yang rendahOleh karena itu, penambahan akar sebanding dengan penambahan IBA.
Tersedianya enzim ini maka bahan-bahan protein atau polisakarida yang menyebar pada dinding sel epidermis dapat dipecah dengan segera untuk menghasilkan energi yang akan mendukung proses pembentangan dan pembesaran sel, sehingga mendorong pembelahan sel dan terjadi pertumbuhan akar.
Pada grafik ditunjukkan bahwa konsentrasi IBA yang berlebih menyebabkan penurunan pertumbuhan akar. Hal ini karena hormon IBA yang berlebihan akan menghasilkan etilen. kenaikan konsentrasi hormon IBA maka akan meningkatkan ACC sintase yang merupakan enzim untuk mengubah prekursor S-Adenosylmethionine (AdoMet) menjadi 1- Aminocyclopropane-1-carboxylic acid (ACC) yang selanjutnya menjadi etilen melalui Siklus Yang. Etilen akan menghambat pemanjangan akar karena pemelaran sel ke samping lebih terpacu sehingga akar relative membesar namun berhenti memanjang.



BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada perlakuan pengaruh hormone IBA terhadap perumbuhan akar buah naga (Hylocereus undatus), menunjukkan bahwa penambahan IBA berkorelasi positif terhadap pertumbuhan akar. Berdasarkan data diketahui penambahan IBA dengan peningkatan dosis dapat meningkatkan pertumbuhan akar. Pada perlakuan 0 ppm tidak menunjukkan pertumbuhan pada akar, sedangkan pada dosis 2000 ppm menunjukkan respon yang paling baik pada pertumbuhan akar. Pada dosis 4000 ppm pertumbuhan akar cenderung menurun hal ini karena tinggi IBA memacu terbentuknya etilene yang dapat menghambat pertumbuhan akar.

Sumber:

Shofiana, Arini dkk. 2013. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Hormon IBA (Indole Butyric Acid) terhadap Pertumbuhan Akar pada Stek Batang Tanaman Buah Naga (Hylocereus undatus). LenteraBio Vol. 2 No. 1 Januari 2013:101–105

Tidak ada komentar:

Posting Komentar