BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kakao
merupakan salah satu jenis tanaman tahunan yang umumnya memiliki system
perakaran yang sangat kuat. Kakao ini sendiri merupakan tanaman dikotil yang
hidup pada daerah dataran tinggi maupun dataran rendah bergantung pada jenis
kakao yang dibudidayakanTanaman coklat memiliki system akar tunggang, yaitu
akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok yang bercabang-cabang menjadi
akar-akar yang lebih kecil. Akar pokok berasal dari akar lembaga. Akar tunggang
tanaman coklat bercabang (ramosus). Akar tunggang ini berbentuk kerucut
panjang, tumbuh lurus ke bawah, bercabang-cabang banyak, dan cabang-cabangnya
bercabang lagi, sehingga dapat memberi kekuatan yang lebih besar pada batang,
dan juga daerah perakaran menjadi amat luas, hingga dapat diserap air dan
zat-zat makanan yang lebih banyak. Warna akarnya adalah kecoklatan.pada umumnya
akar tanaman kakao menyebar kearah samping dan kedalam tanah untuk memperoleh
hara yang terdapat dalam tanah.
Secara
fisiologi tanaman kakao mudah untuk dibedakan dengan tanaman lainnya. Hal ini
karena bentuk batang yang mudah dibedakan dengan jenis tanaman berkayu lainnya.
Pada Theobroma cacao merupakan tanaman dengan batang berkayu (lignosus) yaitu
batang yang biasanya keras dan kuat, karena sebagian besar terdiri atas kayu,
yang terdapat pada pohon-pohon (arbores). Tanaman coklat merupakan pohon yaitu
tumbuhan yang tinggi besar, batang berkayu dan bercabang jauh dari permukaan
tanah. Bentuk batangnya adalah bulat (teres). Tanaman coklat mempunyai batang
yang di bagian bawahnya lebih besar dan keujung semakin mengecil. Cara
percabangannya adalah monopodial, yaitu batang pokok selalu tampak jelas karena
lebih besar dan lebih panjang daripada cabang-cabangnya. Arah tumbuh cabangnya
adalah condong keatas (patens). Tanaman coklat biasanya mempunyai tinggi
sekitar 5-10 m. Warna batangnya adalah coklat kotor. AKAR (Radix). Batang
tanaman kakao ini pada umumnya tidak terlalu besar hal ini, karena adanya
proses perawatan berupa pemangkasan yang mengharuskan tanaman kakao memiliki
cabang produktif yang banyak sehingga cabang yang tidak produktif dibuang.
Kakao
termasuk golongan tanaman tahunan yang tergolong dalam kelompok tanaman
caulofloris, yaitu tanaman yang berbunga dan berbuah pada batang dan cabang. Tanaman
ini secara garis besar dapat dibagi atas dua bagian, yaitu bagian vegetatif
yang meliputi akar, batang serta daun dan bagian generatif yang meliputi bunga
dan buah. Tanaman ini merupakan tanaman dengan batang berkayu (lignosus) yaitu
batang yang biasanya keras dan kuat, karena sebagian besar terdiri atas kayu,
yang terdapat pada pohon-pohon (arbores). Kakao merupakan tumbuhan tahunan
(perennial) berbentuk pohon , di alam dapat mencapai ketinggian 10 m. Meskipun
demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5 m tetapi
dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal
ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif. Cabang produktif ini akan
menghasilkan buah kakao yang maksimal dengan kualitas yang baik. Oleh karena
itu, sering dilakukan pemeliharaan yang cukup efisien pada cabang efektif
tanaman kakao. Pada pembudidayaan tanaman kakao pada umumnya digunakan tinggi
maksimal 5m, hal ini dilakukan karena dengan ketinggian 5m diharapkan dapat
memudahkan proses pemanenan. Tanamn yang terlalu tinggi akan mengakibatkan
kualitas buah kakao akan menurun sehingga digunakan tinggi maksimal 5m.
1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu
mengenali dan menggambarkan karakteristik morfologi (akar, batang, daun bunga
buah dan biji) tanaman kakao.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu kendala
perbanyakan kakao melalui kultur jaringan adalah sulitnya embriogenesis, yang
diduga melibatkan satu atau lebih gen kunci yang menentukan proses tersebut.
Keberhasilan mengidentifikasi gengen kunci akan membantu menyelesaikan masalah
dalam regenerasi embrio kakao. Salah satu gen yang diduga terlibat dalam proses
ini adalah AGAMOUS-like 15 (AGL-15). Gen ini berperan pada regulasi selama masa
awal perkembangan embrio beberapa tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi homolog AGL-15 pada kakao melalui pendekatan bioinformatika
dan RT-PCR. Penelitian diawali dengan identifikasi homolog AGL-15 dari DNA
genomik daun kakao menggunakan primer heterologus. Sekuen fragmen homolog
AGL-15 yang diperoleh, kemudian digunakan untuk merancang primer spesifik AGL-15
yang berukuran lebih panjang (Feny, 2006).
Dari segi kualitas,
kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia dimana bila dilakukan fermentasi
denganbaik dapat mencapai cita rasa setara dengan kakao berasal dari Ghana dan
keunggulan kakao Indonesia tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai
untuk blending. Sejalan dengan keunggulan tersebut, peluang pasar kakao
Indonesia cukup terbuka baik ekspor maupun kebutuhan dalam negeri. Dengan kata
lain, potensi untuk menggunakan industri kakao sebagai salah satu pendorong
pertumbuhan dan distribusi pendapatan cukup terbuka (Semangun, 2000).
Penggerek buah kakao
(PBK) (Conopomorpha cramerella Snell.) adalah salah satu hama penting yang
dapat menimbulkan kehilangan hasil hingga 90% (Anonim 2000). Larva serangga
hama ini memakan plasenta buah yang merupakan saluran makanan menuju biji
sehingga mengakibatkan penurunan hasil dan mutu biji kakao. Kehilangan hasil
terjadi karena buah kakao yang terserang PBK bijinya menjadi lengket dan kandungan
lemaknya menurun. Serangan pada buah kakao muda mengakibatkan kehilangan hasil
yang lebih besar karena buah akan mengalami kerusakan dini dan tidak dapat
dipanen PBK dapat menurunkan hasil kakao 80−90% (Libongan, 2011).
Berdasarkan data
Agroculture (2008), C. theobromae telah menyerang perkebunan kakao di Sulawesi
Tenggara dan Maluku sejak tahun 1980an. Penyakit pembuluh kayu kini menjadi
penyakit penting pada tanaman kakao di Indonesia. Akhir tahun 2009 patogen ini
ditemukan di perkebunan kakao Jembrana, Bali (Wawancara langsung Dirgorahanto,
12 April 2011). Terdapat 110.614 tenaga kerja kakao di Jembrana yang mengalami
kerugian, akibat tanaman kakao yang tidak produktif sejak tahun 2010 (rekap
luas areal dan produksi komoditas perkebunan Kabupaten Jembrana tahun 2010).
Penyakit pembuluh kayu menyebabkan kehilangan hasil sekitar 30.000 ton per
tahun dan kerugian sebanyak US $ 28.000.000 per tahun di dunia (Tirta, 2009).
Kakao (Theobroma cacao
L.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang terus mendapat perhatian
untuk dikembangkan. Upaya pengembangan tanaman kakao disamping masih diarahkan
pada peningkatan populasi (luas lahan) juga telah banyak diarahkan pada
peningkatan jumlah produksi dan mutu hasil. Adapun aspek yang paling diperhatikan
dalam usaha peningkatan jumlah produksi dan mutu hasil adalah penggunaan
jenis-jenis kakao unggul dalam pembudidayaan tanaman kakao. Saat ini terdapat
sejumlah jenis kakao unggul yang sering digunakan dalam budidaya kakao, antara
lain jenis (klon) Sulawesi 1 dan Sulawesi 2 (Mertade, 2011).
Lokasi atau kebun kakao
yang ditetapkan sebagai tempat kegiatan (sambung samping, sambung pucuk dan
okulasi) adalah Kebun Percobaan Universitas Tadulako. Tanaman kakao yang
digunakan untuk sambung samping berumur delapan hingga 12 tahun dengan tingkat
produktivitas yang rendah. Sebelum dilakukan penyambungan (sambung samping),
sejumlah tindak budidaya (pemangkasan, pemupukan dan pengendalian gulma)
dilakukan guna memberikan kondisi lingkungan yang baik dan meningkatkan kesehatan
tanaman. Kegiatan sambung pucuk dan okulasi dilakukan di pembibitan kakao
dengan umur bibit tanaman sekitar empat bulan (Basri, 2009).
Tanaman kakao dapat
diperbanyak melalui metode perbanyakan generatif maupun vegetatif. Namun
demikian, berdasarkan aspek keunggulan dan kelebihannya metode perbanyakan
vegetatif lebih sering digunakan, terutama dalam perbanyak klon-klon kakao
unggul. Dalam kegiatan ini telah dicobakan salah satu metode perbanyakan klonal
pada tanaman kakao, yaitu sambung samping dengan menggunakan entres yang
memiliki ukuran diameter pangkal tangkai daun berbeda (> 4-6 mm dan > 6-8
mm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tunas dapat tumbuh pada semua entres
yang digunakan (semua ukuran diameter pangkal tangkai daun pada entres yang dicobakan)
(Ramlan, 2008).
Tanaman kakao bersifat
dimorfisme karena memiliki bentuk tunas vegetatif yang berbeda yaitu tunas
ortotrop dan tunas plagiotrop. Tunas ortotrop merupakan tunas yang arah
pertumbuhannya ke atas. Sedangkan tunas plagiotrop merupakan tunas yang arah
tumbuhnya ke samping. Pada tanaman kakao juga terdapat jorket yaitu tempat atau
titik percabangan tunas ortotorop ke plagiotrop. Permukaan batang utama agak
kasar, alurnya tegas. Dari hasil okulasi, percabangan utama (jorget) yang
dihasilkan rata-rata ketinggiannya 90-115 cm dari atas tanah. Cabang primer
merupakan cabang yang arah tumbuhnya condong kesamping. Dari cabang-cabang
primer tumbuh cabang lateral. Cabang sekunder arah tumbuh agak tegak, warna
kulit kuning kehijauan, permukaan halus, alur agak jarang. Pertumbuhan
rantingnya teratur, permukaannya halus dan terdapat alur yang teratur. Cincin
batas flush agak tegas, panjang antar cincin 4-5, jarak antar daun rata-rata
3,75 cm (Satriono, 2009).
Sistim perakaran kakao
sangat berbeda tergantung dari keadaan tanah tempat anaman tumbuh. Pada tanah-tanah yang permukaan
air tanahnya dalam terutama pada lereng- ereng gunung, akar tunggang tumbuh
panjang dan akar-akar lateral menembus sangat jauh ke dalam tanah. Sebaliknya
pada tanah yang permukaan air tanahnya tinggi, akar tunggang tumbuh tidak
begitu dalam dan akar lateral berkembang dekat permukaan anah (Nasaruddin,
2004).
Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao mulai memproduksi planlet kakao dengan teknik somatic embryogenesis
(SE). SE adalah proses menumbuhkan sel somatic dalam kondisi terkontrol, yang
selanjutnya berkembang menjadi sel embriogenik dan setelah mengalami perubahan
morfologi dan biokimia akan terbentuk embrio somatik. Tanaman asal SE lebih
unggul dibanding tanaman asal benih ataupun perbanyakan vegetatif lainnya.
Tanaman hasil SE memiliki tajuk sempurna, berakar tunggang, pertumbuhan
seragam, vigor, relatif tahan kekeringan, dan produktivitasnya tinggi. Teknik
SE dapat menyediakan bibit dalam jumlah besar dalam waktu singkat, berkualitas
tinggi dan seragam, secara genetik sama dengan induknya, dan secara morfologi
normal (Siregar, 1998).
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
NO.
|
GAMBAR
MORFOLOGI KAKAO
|
KETERANGAN
|
1.
|
MORFOLOGI
DAUN
|
Daun-daun
dewasa selalu berwarna hijau. Bentuk helai daun bulat memanjang, ujung daun
meruncing, dan pangkal daun runcing. Susunan tulang daun menyirip dan tulang
menonjol ke permukaan bawah helai daun.
|
2.
|
MORFOLOGI
BATANG
|
Cabang-cabang
pada tanaman kakao tumbuh kearah atas dan samping. Cabang yang tumbuh kearah
atas disebut cabang Orthotrop dan cabang yang tumbuh kearah samping disebut
dengan Plagiotrop.
|
3.
|
MORFOLOGI
AKAR
|
Akar
tanaman kakao mempunyai akar tunggang (Radik primaria). membentuk akar
tunggang, melainkan akar-akar serabut yang banyak jumlahnya. Setelah dewasa
tanaman tersebut akan membentuk dua akar yang menyerupai akar tunggang.
|
4.
|
MORFOLOGI
BUNGA
|
Bunga
kakao tergolong bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak (Calyx) sebanyak 5
helai dan benang sari ( Androecium) berjumlah 10 helai. Diameter bunga 1,5
centimeter. Bunga disangga oleh tangkai bunga yang panjangnya 2 – 4
centimeter
|
5.
|
MORFOLOGI
BUAH DAN BIJ
|
Buah
kakao berupa buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit buah mempunyai
sepuluh alur dan tebalnya 1 – 2 cm, umumnya ada tiga macam warna buah kakau,
yaitu hijau muda sampai hijau tua, waktu muda dan menjadi kuning setelah
masak, warna merah serta campuran antara merah dan hijau.
|
4.2 Pembahasan
Berdasarkan
klasifikasinya tanaman kakao (Theobroma
cacao) merupakan tanaman tahunan yang menghasilkan buah kakao yang pada
umumnya dimanfaatkan sebagai bahan dasar cokelat. Morfologi tanaman kakao dapat
dideskripsikan berdasarkan akar, batang, cabang, bunga, buah dan biji. Secara
terperinci morfolohi kakao dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Akar
(Radix) : Tanaman kakao memiliki system akar tunggang (Radik primaria), yaitu
akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok yang bercabang-cabang menjadi
akar-akar yang lebih kecil. Pertumbuhannya dapat mencapai 8 meter kearah
samping dan 15 meter kearah bawah. Akar pokok berasal dari akar lembaga. Akar
tunggang tanaman coklat bercabang (ramosus). Akar tunggang ini berbentuk
kerucut panjang, tumbuh lurus ke bawah, bercabang-cabang banyak, dan
cabang-cabangnya bercabang lagi, sehingga dapat memberi kekuatan yang lebih
besar pada batang, dan juga daerah perakaran menjadi amat luas, hingga dapat
diserap air dan zat-zat makanan yang lebih banyak. Warna akarnya adalah
kecoklatan. Pada umumnya akar tanaman kakao yang paling aktif yakni pada bagian
root feeder (akar permukaan) karena pada bagian ini banyak terdapat nutrisi
untuk pertumbuhan tanaman.
2. Batang
(Caulis) : Batang berkayu (lignosus) yaitu batang yang biasanya keras dan kuat,
karena sebagian besar terdiri atas kayu, yang terdapat pada pohon-pohon
(arbores). Tanaman kakao mempunyai batang yang di bagian bawahnya lebih besar
dan keujung semakin mengecil. Cara percabangannya adalah monopodial, yaitu
batang pokok selalu tampak jelas karena lebih besar dan lebih panjang daripada
cabang-cabangnya. Tinggi tanaman kakao umumnya 5-10 m dengan warna coklat. Pada
batang tanaman ini akan terdapat dua jenis cabanag yakni cabang ortotrof dan
plahiotrof.
3. Daun
( Folium) : tanaman berdaun tunggal ( folium simplex) yaitu pada tangkai
daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja Bentuk tangkai daunnya (petiolus)
adalah bulat telur. Bentuk daunnya adalah memanjang (oblongus). Pada ujung (apex
folii) dan pangkal daunnya ( basis folii) berbentuk runcing ( acutus) yakni
pada bagian tulang daunnya menonjol ke atas Tepi daunnya ( margo folii)
berbentuk rata (integer). Panjang daunnya adalah sekitar 10-48 cm dan lebarnya
4-20 cm serta susunan tulang daunnya nervatio (bertulang menyirip).
4. Percabangan
: terdiri atas cabang ortotrof dan cabang plagiotrof. Cabang ortotrof merupakan
cabang primer yang tumbuh ke atas sedangkan cabang plagiotrof merupakan cabang
produksi tempat tumbuhnya bunga dan buah.
5. Bunga
: Tanaman berbunga tunggal (planta uniflora), yaitu tanaman yang hanya
menghasilkan satu bunga saja. Merupakan bunga lengkap, karena mempunyai hiasan
bunga yang terdiri atas kelopak (calyx) dan mahkota (corolla). Kelopaknya
(calyx) berwarna putih dengan panjang 6-8 mm. kelopak ini berguna sebagai
pelindung bunga. Mahkota bunganya (corolla) mempunyai panjang 8-9 mm.
6. Buah
(Fructus) : Buah kakao merupakan buah sejati tunggal, yaitu terdiri dari satu
bunga dengan satu bakal buah saja. Buah pada tanaman kakao termasuk buah buni
(bacca), yaitu buah yang dindingnya mempunyai dua lapisan, yang terdiri dari
lapisan luar yang tipis agak menjangat atau kaku seperti kulit dan lapisan
dalam yang tebal, lunak,, dan berair. Panjang buahnya adalah sekitar 12-22 cm
dengan warna merah. Pada beberapa jenis buah berwarna hijai saat muda dan
berwarna kuning kemerahan saat matang.
7. Biji
(Semen) : Bentuk biji bulat telur. Biji pada tanaman kakao dibalut selaput
putih yang tebal. Bijinya berwarna coklat. Tumbuhan bijinya mempunyai lembaga
dengan dua daun lembaga. Biji ini kelihatan jelas terdiri atas dua belahan atau
dua keeping sehingga dinamakan tumbuhan biji belah (terdiri dari 2 kotiledon
dalam biji).
Untuk mengidentifikasi
morfologi bunga kakao dapat dilakukan dengan penghitungan bunga kakao
berdasarkan rumus yang ada. Bunga kakao mempunyai rumus K5C5A5+5G(5). Artinya,
bunga disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota, 10
tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-masing terdiri dari 5
tangkai sari tetapi hanya satu lingkaran yang fertil, dan 5 daun buah yang
bersatu. Dengan menggunakan rumus tersebut kita dapat memperhitungkan atau
mendeskripsikan morfologi bunga tanaman kakao. Pada umumnya bunga tanaman kakao
ini seragam sehingga dalam melakukan identifikasi cukup dengan menggunakan
beberapa sampel saja. Berdasarkan hasil identifikasi bagian-bagian dari bunga
kakao antara lain sebagai berikut:
Keterangan:
1. Benangsari (Stamen)
a. Kepala sari (Anthera)
b. Tangkai sari (Filamen)
2. Putik (Pistillum)
a. Tangkai Putik (Stylus)
b. Bakal Buah (Ovarium)
3. Mahkota/Tajuk (Corolla)
4. Kelopak (Calyx)
5. Dasar Bunga (Receptaculum)
6. Tangkai Bunga (Pedicellus)
Bunga tanaman kakao bersifat
kaoliflori yang artinya bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun pada
batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut lama-kelamaan menebal dan
membesar disebut dengan bantalan bunga (cushion). Bunga kakao berwarna
puti-ungu atau kemerahan, benangsari yang steril disebut staminodia dan yang
fertil disebut stamen
Tanaman kakao memiliki
dua macam cabang, yaitu cabang ortotrof (tumbuh ke atas vertikal) dan cabang
Plagiotrof (tumbuh ke samping, horisontal). cabang ortotrof dapat menghasilkan
cabang plagiotrof, cabang ortotrof ini merupakan cabang primer yang kokoh untuk
tegaknya tanaman. Cabang Plagiotrof Primer (tumbuh pada batang pokok) hanya
tumbuh sekali, jadi kalau sudah mati tidak pernah tumbuh cabang primer baru di
tempat yang sama. Cabang Plagiotrof primer dapat menghasilkan cabang plagiotrof
sekunder. Dari tunas plagiotrop biasanya hanya tumbuh tunas-tunas plagiotrop.
Pangkasan berat pada cabang plagiotrop yang besar ukurannya merangsang
tumbuhnya tunas ortotrop itu. Sedangkan tunas ortotrop hanya membentuk tunas
plagiotrop setelah membentuk jorket. Tunas ortotrop membentuk tunas ortotrop
baru dengan menumbuhkan tunas air. Jika dilihat secara fisual perbedaan kedua
batang ini sangat jelas dimana cabang ortotrof tumbuh ke atas dan cabang
plagiotrof tumbuh k samping. Berdasarkan keterangan diatas perbedaan cabang
tersebut antara lain:
O= cabang ortotrop P= cabang plagiotrop
Berdasarkan gambar diatas dapat
diketahui bahwa perbedaan kedua cabanag ini terletak pada pola tumbuh serta
fungsi perkembangan cabanag. Dimana cabanag ortotrof sebagai batang kuat dan
dapat sebagai batang reproduksi. Sedangkan plagiotrof sebagai cabanag
reproduksi.
Berdasarkan
klasifikasinya tanaman kakao tergolong ke dalam family Sterculiaceae dengan
klasifikasi sebagai berikut:
Klasifikasi
Kingdom: Plantae
(Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan
berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta
(Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan
berbunga)
Kelas: Magnoliopsida
(berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Malvales
Famili:
Sterculiaceae
Genus:
Theobroma
Spesies:
Theobroma cacao L.
Dalam pertumbuhannya tanaman kakao memiliki syarat
tumbuh tersendiri agar tanaman dapat hidup dengan baik dan berproduksi secara
maksimal. Tanaman kakao untuk tumbuhnya memerlukan kondisi tanah yang mempunyai
kandungan bahan organ yang cukup, lapisan olah yang dalam untuk membantu
pertumbuhan akar, sifat fisik yang baik seperti struktur tanah yang gembur juga
sistem drainase yang baik. PH tanah yang ideal berkisar antara 6 – 7. tanah
mempunyai hubungan erat dengan sistem perakaran tanaman kakao, karena perakaran
tanaman kakao sangat dangkal dan hampir 80% dari akar tanaman kakao berada disekitar
15 cm dari permukaan tanah, sehingga untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik
tanaman kakao menghendaki struktur tanah yang gembur agar perkembangan akar
tidak terhambat. Tanaman kakao menghendaki permukaan air tanah yang dalam.
Permukaan air tanah yang dangkal menyebabkan dangkalnya perakaran sehingga
tumbuhnya tanaman kurang kuat. Curah hujan yang ideal untuk tanaman kakao 1.100
‐ 3.000 mm/tahun, suhu maksimum untuk tanaman kakao 30o
‐ 32oC, suhu minimum 18o ‐ 21oC dan suhu optimum 23,9o ‐ 26,7oC yang ideal untuk tanaman kakao 5,6 ‐ 7,2, kadar zat organik yang tinggi akan meningkatkan
pertumbuhan pada masa sebelum panen, zat organik pada lapisan tanah setebal 0 ‐ 15 cm, lempung liat berpasir dengan komposisi 30 ‐ 40 % fraksi liat, 50 % pasir, dan 10 ‐ 20 % debu. Intensitas sinar matahari yang dibutuhkan
untuk fotosintesis yang baik sebesar 20 % ‐ 50 %. Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 –
600 meter diatas permukaan laut, dengan penyebaran meliputi 20˚ LU dan 20˚ LS.
Daerah yang ideal untuk pertumbuhannya berkisar antara 10˚ LU dan 10˚ LS.
Selain itu, intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman kakao berpengaruh
terhadap pertumbuhan. Kebutuhan tanaman terhadap intensitas cahaya matahari
bervariasi, tergantung pada fase pertumbuhan dan umur tanaman. Intensitas
cahaya yang ideal bagi tanaman kakao adalah antara 50 – 70%.pada penanaman
tanaman kakao intensitas cahaya ternyata lebih penting artinya dalam
mempengaruhi pertumbuhan kakao dari pada unsur hara dan air. Di samping pengaruh
langsung terhadap potosintesis, intensitas cahaya juga berpengaruh terhadap
proses trasparasi dan degrasi klorofil daun.
Pada morfologi
percabanagn tanaman kakao terdapat satu bagian tanaman yang disebut dengan Jorket
yang merupakan tempat percabangan dari pola percabangan ortotrop dan plagiotro. Proses
pembentukan jorket diawali dengan berhentinya pertumbuhan tunas ortotrop karena ruas‐ruasnya sudah tidak memanjang lagi. Pada ujung tunas tersebut stipula
(semacam sisik pada kuncup bunga) dan kuncup ketiak daun serta tunas daun tidak
berkembang. Dari ujung perhentian tumbuh 3 ‐ 6 cabang yang arah condong kearah samping dan kearah horisontal. Pada
umumnya jorket ini terbentuk setelah dilakukannya proses pemangkasan. Hal ini
terjadi karena setelah dilakukannya pemangkasan maka pertumbuhan tanaman akan
terkonsentrasi pada pembentukan cabang dan ranting baru terutama pembentukan
cabanb plagiotrof yang merupakan cabanag reproduksi pada tanaman sehingga dapat
berproduksi secara maksimal.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil
praktikum yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain:
1.
Setiap bagian/organ tanaman kakao
memiliki spesifik morfologi tersendiri sehingga identifikasi yang dilakukan
menyeluruh terhadap organ tanaman.
2.
Bunga kakao mempunyai rumus K5C5A5+5G(5).
Artinya, bunga disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun
mahkota. Rumus ini digunakan untuk memudahkan identifikasi bunga kakao.
3.
Tanaman kakao memiliki dua macam
cabang, yaitu cabang ortotrof (tumbuh ke atas vertikal) dan cabang Plagiotrof
(tumbuh ke samping, horisontal).
4.
Syarat tumbuh yang utama bagi
tanaman kakao yakni kondisi tanah yang gembur dengan PH 6-7, intersitas cahaya
yang mencukupi, Curah hujan yang ideal untuk tanaman kakao 1.100 ‐ 3.000 mm/tahun, suhu maksimum untuk tanaman kakao 30o
‐ 32oC, suhu minimum 18o ‐ 21oC dan suhu optimum 23,9o ‐ 26,7oC.
5.
Jorket merupakan tempat tumbuhnya percabangan ortotrop dan plagiotrop, pembentukan
jorket didahului dengan berhentinya pertumbuhan tunas ortotrop karena ruas‐ruasnya tidak berkembang memanjang
lagi.
5.2 Saran
Perlu
adanya pendampingan terhadap praktikan yang lebih lagi agar praktikan lebih
memahami lagi terhadap kegiatan praktikum yang dilakukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Basri, zainudin. 2009. Kajian Metode Perbanyakan Klonal Pada
Tanaman Kakao. Media Litbang Sulteng 2
(1) : 07–14 , Oktober 2009. ISSN : 1979 – 5971
Feny, Oktaviani. 2006. Identifikasi homolog TcAGL-15 untuk penanda
embryogenesis tanaman kakao melalui pendekatan bioinformatika. Menara
Perkebunan, 2006 74(2), 53-62.
Limbongan, Jermia. 2011. Karakteristik Morfologis Dan
Anatomis Klon Harapan Tahan Penggerek Buah Kakao Sebagai Sumber Bahan Tanam. Jurnal
Litbang Pertanian, 31(1), 2012
Mertade, Nyoman. 2011. Pengaruh Diameter Pangkal Tangkai Daun Pada
Entres Terhadap Pertumbuhan Tunas Kako. Media Litbang Sulteng IV (1) : 01 – 07
, Juni 2011. ISSN : 1979 – 5971
Nasaruddin.
2004. Budidaya Kakao Dan Beberapa Aspek Fisiologinya. Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin. Jurusan Budidaya Pertanian. Makassar.
Ramlan.
2008. Pengelolaan Penyakit Busuk Buah Kakao. Satker Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Barat
Satriono. 2009. Deskripsi Klon Kakao Mulia/Edel. Erlangga:
Surabaya
Semangun,
H. 2000. Penyakit-penyakit tanaman perkebunan di Indonesia. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Siregar,
T.H.S.; Riyadi, S dan L. Nuraeni. (1998). Budidaya, Pengelohan dan Pemasaran Coklat.
Penebar Swadaya. 169 hal
Tirta, Intani. 2009. Perlakuan Akuntansi Atas Budidaya Tanaman
Kakao Pada Pt. Perkebunan Nusantara Xii (Persero) Surabaya. http://skripsi.narotama.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar