Nama : ulil abror putra yudha
NIM :101510501143
MK : PSPB
Kelas : D
Mekanisme
“cara/metode/teknik” meningkatkan kestabilan agroekosistem dari berbagai aspek
Agroekosistem
merupakan suatu modifikasi lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan kembali
kenekaragaman hayati meskipun dalam lingkup yang tidak terlalu luas. Pada
agroekosistem manusia menjadi faktor penentu keberhasilan serta penataan konsep
ekosistem yang baik serta menguntungkan bagi semua makhluk hidup utamanya
manusia. Namun agroekosistem ini lebih cenderung pada penataan lahan-lahan
pertanian dan beberapa varietas tanaman saja sehingga lingkup keanekaragaman
hayatinya tidak terlalu luas.
Agroekosistem
sendiri terbentuk berdasarkan dua faktor utama yakni sistem alam dan sistem
lingkungan. Sistem alam berkaitan dengan keanekaragaman hayati dan keseimbangan
ekosistem sedangkan sistem sosial berkaitan dengan peranan manusia dan
manfaatnya bagi mereka. Beberapa komponen natural dalam agroekosistem antara
lain meliputi faktor-faktor biofisik seperti tanah, air, iklim, tumbuhan, hewan
dan lainnya yang saling berinteraksi dalam suatu mekanisme tertentu sehingga akan
saling mempengaruhi. Misal, adanya perubahan kondisi tanah akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman dan lainnya.
system sosial terdiri dari
beberapa aspek yakni organisasi sosial,
ekonomi, institusi politik dan system kepercayaan merupakan hal-hal yang saling
memberikan pengaruh pada terbentuknya karakter tertentu, daya tahan, stabilitas
dan tingkat kemajuan (Rambo, 1983). Selain itu, interaksi antara system sosial dan system
natural dalam sebuah agroekosistem juga
saling memberikan pengaruh. Perubahan pada system natural akan berpengaruh pada
system sosial, dan sebaliknya perubahan dalam system sosial juga akan
memberikan pengaruh pada system natural. Namun yang menjadi aspek penentu
keseimbangan agroekosistem adalah manusia yang dapat mengarahkan pola dan
metode pembentukannya.
Mekanisme
dan Aspek Kestabilan Agroekosistem
Manusia : manusia merupakan asapek terpenting
dalam peningkatan kestabilan agroekosistem. Hal ini,karena pengaturan sistem
yang diterapkan tergantung pada timbal bail yang dapat diperoleh oleh manusia
itu sendiri. Cara yang umum dilakukan yakni melakukan pertanian multi kultur
dan pengendalian yang arif sehingga ekosostem tetap terjaga.
Biofisik : merupakan faktor alam yang meliputi
berbagai aspek lingkungan seperti tanah, air, tumbuhan dll. Kenekaragaman
biofisik yang ada akan menentukan seberapa besar kestabilan ekologi di daerah
tersebut. Cara yang dapat diterapkan yakni dengan melakukan pengendalian yang
arif serta pengolahan tanah dan tumbuhan yang baik sehingga rantai makanan
didalamnya tetap terjaga.
Sosial :
meliputi interaksi manusia dengan ligkungan. Pada umumnya kestabilan akan
terjadi jika ada timbal balik yang menguntungkan antara keduanya. Dalam hal ini
yang dapat dilakukan yakni pelestarian dan memuliyaan lingkungan.
Ekonomi : jika
agroekosistem ini memberikan dampak ekonomi yang positif maka secara otomatis
manusia akan mempertahankan kondisi agroekosistem tersebut. Namun jika ada
kesenjangan ekonomi, hal yang dilakukan yakni mengatur ulang metode dan teknik
pembentukan agroekosistem agar lebih ekonomis.
Politik/pemerintah : peranan pemerintah menjadi faktor
pendukung keseimbangan agroekosistem, pemerintah menjadi kontrol dan pengawas kegiatan
pertanian yang mengarah pada keseimbangan agroekosistem sehingga perlu adanya
kebijakan yang mengaturnya.
Budaya/kepercayaan : pada
umumnya manusia menerapkan konsep agroekosistem berdasarkan adat dan budaya
yang berlaku dimasyarakat. Cara ini cukup baik karena umumnya masyarakat akan
cenderung mempertahankan kondisi alam sekitarnya sehingga hanya perlu sedikit
sosialisasi untuk kemajuan teknologi didalamnya.
Budidaya/input :
berupa pemupukan, pengendalian dan lainnya. Konsep iniharus sangat diperhatikan
karena adanya dosis, rentan waktu dan cara pemberian input yang tidak arif akam
merusak kestabilan agroekosistem. Seperti tejadinya peledakan hama, residu
tanah yang tinggi, keracunan pada tanaman maupun hewan dan lain sebagainya
(hilmanto, 2009). dalam Praktek Local
Ecological Knowledge dalam teknik pemupukan masyarakatDusun Lubuk Baka
berdasarkan perbedaan etnis
Selain
itu, hal yang harus diperhatikan yakni cara, waktu, dosis, serta rentan waktu
pengendalian OPT yang dilakukan. Hal ini, karena sebagian besar penyebab
kesenjangan agroekosistem adalah pengendalian yang tidak tepat dan tidak arif
sehingga keanekaragaman hayati berkurang. Untuk itu perlu dilakukan
pengendalian secara Agroecosystem
management for Pest Control (Nurindah, 2006).
Sumber:
Hilmanto, Rudi. 2009. (Local Ecological
Knowledge In The Technique Of Fertilizer Application In Agroforestry System). Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian
Kepada Masyarakat, Unila, 2009
Nurindah. 2006. Pengelolaan Agroekosistem
dalam Pengendalian Hama. Indonesian
Tobacco and Fibre Crops Research Institute Volume 5 Nomor 2, Desember 2006 : 78
– 85
Tidak ada komentar:
Posting Komentar