BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Tembakau
merupakan salah satu jenis tanaman perkembunan yang tergolong tanaman musiman.
Tanaman tembakau sendiri banyak dibudidayakan pada musim-musim kemarau, hal ini
karena tanaman ini dapat tumbuh dengan baik jika kelembapan mikro di daerah
tersebut tidak terlalu tinggi. Selain itu, tanaman tembakau juga menginginkan
kondisi lahan yang remah untuk pertumbuhannya sehingga penanaman komoditas ini
dilakukan pada musim kemarau. Alasan lain mengapa tanaman ini ditanam pada
musim kemarau yakni agar pada saat proses pengeringan dapat lebih sempurna.
Pada proses pengeringan tembakau harus dalam kondisi yang sempurna (rata, baik
dalam segi warna dan aroma) hal tersebut dilakukan karena pengeringan ini
berpengaruh terhadap kualitas produk tembakau yang dihasilkan.
Indonesia merupakan
salah satu negara penghasil tembakau terbaik dan pengekspor yang cukup besar.
Hal ini didukung oleh kondisi geografis indonesia yang termasuk negara tropis
dengan penyinaran yang cukup banyak serta kondisi lahan yang sangat subur
sehingga tembakau yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Tembakau sendiri termasuk kedalam famili
solanaceae dengan genus nicotiana, pada belahan bumi ini terdapat sekitar 63 spesies
nicotiana (tembakau). Pada umumnya penamaan tembakau yang berkualitas dan sudah
dikenal luas diberi nama berdasarkan nama daerahnya misal tembakau virginia,
tembakau deli, tembakau besuki dan lain sebagainya. Berdasarkan pegamatan yang
dilakukan negara eropa merupakan negara yang paling banyak mengimpor tembakau.
Hal ini karena selain menjadi gaya hidup tembakau juga digunakan untuk
penghangat bedan bersama rempah-rempah. Oleh karena itu, negara-negara di eropa
banyak mengkonsumsi/menggunakan tembakau.
Pada umumnya tembakau
ini diolah menjadi rokok cigaret ataupun cerutu. Pada kedua jenis olahan ini
memiliki karakteristik yang berbeda terhadap jenis tembakau yang digunakan.
Biasanya untuk tembakau cigaret atau rajang digunakan jenis tembakau yang
berdaun panjang dan untuk perawatannya sendiri pun tidak terlalu sulit serta
proses sortasi yang tidak terlalu ketat. Sedangkan untuk tembakau cerutu
dibutuhkan tembakau dengan karakteristik berdaun lebar, daun cukup tebal dan
tingkat kecacatan pada daun sangat tendah atau nyaris tidak ada. Ditambah lagi
untuk saat ini ditambahkan standart kandungan nikotin dalam tembakau yang tidak
boleh terlalu tinggi. Oleh karena itu, secara otomatis pembudidayaan tembakau
jenis ini cukup rumit dan memakan biaya besar budidaya yang diterapkan misalnya
TBN (Tembakau Bawah Naungan) dan tembakau Naogs. Banyaknya permintaan tembakau
di dunia menyebabkan tembakau dimasukkan kedalam salah satu tanaman perkebunan.
Diindonesia jawa timur
merupakan salah satu penghasil tembakau dengan kualitas terbaik dan kuantitas
yang besar salah satunya yakni jember. Pada
daerah jember (besuki) tembakau yang dihasilkan baik karena selain jenis
tembakau yang baik juga karena rata-rata pembudidayaan tembakau didaerah ini
telah tergolong maju. Berdasarkan waktu tanamnya, tembakau bahan cerutu besuki
dikelompokkan sebagai tembakau Na-Ogst, yaitu tembakau yang dipanen musim
hujan. Sejak tahun 1885, penanamannya dilakukan pada bulan Agustus di daerah
Jember Utara, yang mempunyai topografi lereng, sehingga pertanaman tembakau
tidak terkena gangguan genangan air pada saat hujan. Namun demikian, oleh
karena produktivitas tanaman tembakau selalu menurun dari tahun ke tahun, maka
areal pertanaman pindah ke daerah Jember Selatan. Daerah ini mempunyai
topografi lebih datar dengan curah hujan yang lebih tinggi daripada daerah
Jember Utara, serta lahannya mengandung liat yang tinggi dan permeabilitas yang
rendah. Dengan kondisi yang demikian, peluang resiko kegagalan tanam adalah
semakin tinggi, antara lain akibat lahan yang sering tergenang.
1.2
Tujuan
Mengenalkan
kepada mahasiswa tentang beberapa jenis tembakau yang banyak dikembangkan
diwilayah pertembakauan besuki.
BAB 2.
TINJAUAN PUSTAKA
Berbagai jenis tembakau
dengan berbagai kegunaannya diusahakan di Indonesia, baik oleh rakyat maupun
oleh perusahaan, secara garis besar berdasarkan iklim tembakau yang di produksi
di Indonesia dapat dibagi antara lain:
a) Tembakau musim kemarau/Voor-Oogst (VO), yaitu bahan untuk membuat
rokok putih dan rokok kretek; b) Tembakau musim penghujan/Na- Oogst (NO),
yaitu jenis tembakau yang dipakai untuk bahan dasar membuat cerutu maupun cigarillo,
disamping itu juga ada jenis tembakau hisap dan kunyah (Anonim, 1993).
Pemetikan daun tembakau yang
baik adalah jika daun-daunnya telah cukup umur dan telah berwarna hijau
kekuning-kuningan. Untuk golongan tembakau cerutu maka pemungutan daun yang
baik adalah pada tingkat tepat masak atau hampir masak hal tersebut di tandai
dengan warna keabu-abuan. Di beberapa negara, pematangan daun dapat dipercepat
dengan menyemprotkan etilen dalam bentuk 2-chloroethyl phosphoric acid.
Pemanenan dapat dilakukan dengan menebang batang tanaman beserta daun-daunnya
tepat pada pangkal batangnya atau hanya memetik daunnya saja tanpa menebang
batangnya. Daun dipetik mulai dari daun terbawah ke atas (Mukani, 2008).
Penyebaran tembakau ke
berbagai daerah diikuti dengan proses adaptasi. Adanya seleksi alam dan seleksi
oleh manusia menyebabkan tembakau di setiap daerah tersebut menampilkan ciri
tertentu. Walaupun semula berasal dari luar Indonesia, akhirnya tembakau tembakau
tersebut dinamakan sebagai tembakau “asli”. Kemungkinan pemberian nama tersebut
untuk memudahkan membedakan dengan tembakau Virginia f.c, Burley, Orient, dan lain-lain
yang menyusul dimasukkan ke Indonesia. Karena tembakau “asli” tersebut kebanyakan
diusahakan oleh petani, maka sering disebut juga sebagai “tembakau rakyat”. Cara
prosesingnya juga berbeda dengan di negara asalnya. Di Indonesia tembakau
rakyat untuk prosesingnya dirajang pada saat daun segar, kemudian di jemur (Herwati,
2011).
Mutu tembakau oriental
merupakan faktor yang sangat penting. Penentuan mutu lebih sulit disbanding penentuan
potensi hasil karena harus mempertimbangkan taste, aroma, kandungan karbohidrat
tinggi, sedangkan kandungan nikotin rendah. Mutu tembakau oriental berkorelasi positif
dengan kecepatan masak (precosity) dan ketahanan terhadap kekeringan, tetapi
berkorelasi negative dengan produktivitas dan ketahanan terhadap penyakit. Lebih
lanjut menyatakan bahwa peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan memilih
varietas yang berdaun banyak, tetapi mempunyai tipikal aroma yang sesuai,
internodia pendek, dan posisidaunnya tegak. tembakau oriental yang sangat
aromatis dicirikan dari ukuran daunnya kecil, panjangnya 8 – 25 cm dengan lebar
daun sekitar sepertiga panjangnya. Pemberian pupuk nitrogen dan air yang lebih
banyak dapat memperbesar ukuran daun sehingga produktivitas meningkat, tetapi mutunya
turun (Suwarso, 2010).
Rata-rata luas areal
tembakau dari tahun 2001–2006 sekitar 200 ribu hektar. Dari luas tersebut, sebagian
besar (48%) berada di Provinsi Jawa Timur, kemudian sekitar 24% berada di
Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan sisanya tersebar di provinsi lainnya. Bila
dilihat dari perkembangan luas areal dari tahun 2001 sampai 2006 diketahuibahwa
terdapat kecenderungan penurunan luasareal. Penurunan areal tersebut disebabkan
oleh berkurangnya permintaan tembakau oleh pabrik rokok dan eksportir tembakau.
Perkembangan areal, produksi, dan kegunaan jenis-jenis tembakau di Indonesia
(Hasanudin, 2009).
Pada umumnya petani di
Indonesia mempunyai lahan yang sempit dengan rata-rata pengu-asaan lahan <
0,5 ha, sehingga pengusahaan lahan cenderung intensif dan kurang memelihara
sumber daya alam dan konservasi lahan. Akibatnya kesuburan tanah cenderung
menurun, terutama kandungan bahan organiknya; erosi pada lahan semakin meningkat
dan penyediaan air berkurang. Penanaman tembakau yang terus-menerus juga
meningkatkan gangguan hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit ini
seringkali menyebabkan kegagalan total. Serangan virus (TMV, CMV) dan penyakit
tular tanah seperti lanas (Phytophthora nicotianae var. nicotianae) dan busuk
batang berlubang (Erwinia carotovora) cenderung meningkat (Setiawan, 2008).
Pertumbuhan tanaman tembakau
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor internal (genetis) dan
faktor eksternal (lingkungan). Faktor eksternal terdiri dari iklim, edafik dan
biologis, sedangkan faktor internal terdiri dari ketahanan terhadap faktor
eksternal, laju fotosintesis, respirasi, pembagian hasil asimilasi, aktifitas enzim,
diferensiasi dan tipe meristem. Pertumbuhan dapat berlangsung bila disertai penyerapan
air dan N, sedangkan deferensiasi sel dapat berlangsung apabila terpenuhinya ketersediaan
hasil fotosintesis dan temperatur yang tepat(Jumin, 1998).
Usaha tani tembakau,
kebanyakan petani belum profesional karena belum melaksanakan secara sepenuhnya
mempertimbangkan pasar, modal, dan teknologi. Mereka belum sepenuhnya menguasai
teknologi budi daya tembakau dengan analisa usaha taninya, sehingga motivasi
menanam tembakau lebih cenderung kepada “untung-untungan”. Kondisi ini
menyebabkan peminat yang berasal dari generasi muda untuk mengusahakan tembakau
terlihat mempunyai tingkat kesulitan dan risiko tinggi, sehingga minat generasi
muda yang melakukan agribisnis tembakau makin lama makin berkurang (Dyiah,
2008).
BAB 3. METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum Usaha
Budidaya Komoditas Perkebunan Unggulan dengan judul Pengenalan Tanaman Tembakau
(Identifikasi Ragam Tanaman Tembakau) dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 25
September 2012 bertempat di jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
3.2 Alat
dan Bahan
3.2.1
Alat
1. Alat tulis
2. Penggaris
3. Kendaraan Bermotor
3.2.2
Bahan
1. Beberapa jenis tanaman tembakau
3.3 Cara
Kerja
1.
Mengunjungi beberapa areal
tanaman tembakau yang pengelolaan dan pertumbuhan tanamannya baik.
2.
Memilih beberapa contoh
tanaman dan mengamati secara teliti ciri-ciri yang ada dari tiap jenis
tembakau.
BAB 4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
|
Tanaman yang
terserang tobacco mosaic virus batang
berwarna coklat, tanaman rebah (mati) pada bagian dalam batang terdapat
rongga-rongga
|
2
|
|
Tanaman mengalami
penyakit krupuk, cirri-ciri daun tidak berkembang, keriput seperti krupuk
|
3
|
|
Proses pengeringan di
dalam gudang pengeringan, hingga didapatkan tembakau yang kering dan elastis
|
4.2 Pembahasan
Tembakau merupakan tanaman
yang menghasilkan daun sebagai hasil utama produksinya. Tanaman ini sangat baik
hidup di daerah tropis dengan penyinaran matahari yang cukup lama serta
menginginkan kondisi tanah yang remah untuk pertumbuhannya. Tanaman tembakau
(Nicotianae tabacum L) termasuk genus Nicotinae, serta familia Solanaceae.
Spesies-spesies yang mempunyai nilai ekonomis adalah Nicotianae Tabocum L dan
Nicotianae Rustica dengan rincian sebagai berikut:
1) Nicotiana rustica L mengandung kadar nikotin yang
tinggi (max n = 16 %) biasanya digunakan untuk membuat abstrak alkoloid
(sebagai bahan baku obat dan isektisida), jenis ini banyak berkembang di Rusia
dan India.
2) Nicotiana tabacum L mengandung kadar nikotin yang
rendah (min n = 0,6 %) jenis ini umumnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan
rokok.
Berbagai jenis tembakau dengan berbagai kegunaannya
diusahakan di Indonesia, baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan, secara garis
besar berdasarkan iklim tembakau yang di produksi di Indonesia dapat dibagi
antara lain: a) Tembakau musim kemarau/Voor-Oogst (VO), yaitu bahan untuk membuat
rokok putih dan rokok kretek; b) Tembakau musim penghujan/Na-Oogst (NO), yaitu
jenis tembakau yang dipakai untuk bahan dasar membuat cerutu maupun cigarillo,
disamping itu juga ada jenis tembakau hisap dan kunyah. Oleh karena itu menjadi
sangat penting sekali dilakukan identifikasi pada tanman tembakau. Selain
utntuk mengetahui seberapa besar nilai ekonomi dari hasil identifikasi diatas,
dengan identifikasi kita juga dapat mengetahui bagaimana karakteristik lokasi
yang sesuai, bagaimana metode pembudidayaan pada spesifik lokasi yang berbeda
serta kita dapat mengetahui bagaimana teknik perawatan tembakau yang benar dan
baik.
Identifikasi
yang dilakukan pada tembakau dilaksanakan secara menyeluruh mulai pada akar
tanaman hingga morfologi bunga tanaman. Berdasarkan hasil pengamatan
identifikasi yang dilakukan menunjukkan adanya perbedaan karakteristik pada
setiap jenis tembakau. Hasil identifikasi yang telah dilakukan yakni:
Morfologi
akar
Berdasarkan
pengamatan kedalaman perakaran tanaman tembakau dapat mencapai 50-60 cm di
dalam tanah. Kedalaman perkaran ini dipengaruhi oleh bibit yang digunakan
petani, umumnya petani menggunakan bibit cabutan sehingga kedalaman akar hanya
berkisar antara 50-60 cm sedangkan pada benih alami dapat mencapai 50-75 cm.
selain itu kedalaman perakaran juga dipengaruhi oleh keremahan tanah.
Morfologi
batang
Tinggi
batang tembakau bergantung pada jenis tembakau yang dibudidayakan. Padaumumnya
tembakau cigaret lebih pendek dibanding tembakau cerutu. Pada setiap helaian
daun akan muncul tunas-tunas baru (sulng), keberadaan sulang ini harus
dikurangi hal ini karena dapat mengganggu perkembangan tanaman tembakau itu
sendiri utamanya dalampersaingan makanan.
Morfologi
daun
Rata-rata tembakau yang
tidak dipangkas dapat menghasilkan 24-32 daun, namun daun efektif yang sering
diambil yakni antara 13-15 daun tergantung keinginan. Daun yang diharapkan
untuk tembakau sendiri yakni memiliki daun lebar, tebal dan elastic utamanya
untuk tembakau cerutu. Pada daun tembakau tangkai daun ada yang bersayap ada
yang tidak bersayap bergantung dari jenisnya.
Morfologi bunga dan buah
Ciri
utama dari bunga tembakau yakni memiliki kelopak dengan warna hijau dan mahkota
yang berwarna merah muda yang tediri dari 5 daun mahkota. Panjang bunga tanaman
tembakau antara5-7 cm. terdapat 5 benang sari yang empat panjang dan yang 1
pendek dan merupakan tanaman yang menyerbuk sendiri. Buah tembakau berwarna
coklat jika sudah tua dan menghasilkan biji sekitar 2000 biji/buahnya.
Indonesi
merupakan Negara agraris yang sangat subur oleh karena itu banyak sekali
jenis-jenis tembakau yang dibudidayakan di Indonesia yang umumnya penamaannya
berdasarkan nama daerah dan beberapa jenis tembakau perkebunan. Jenis-jenis
tersebut antara lain:
Tembakau
Na-ogs, tembakau ini merupakan
tebakau cerutu yag banyak dibudidayakan oleh perkebunan. Cirri tembakau ini
berdaun lebar dan tebal, umumnya hanya perkebunan da petani bermodal yang
membudidayakan karena biaya perwatan cukup tinggi.
Tembakau
besuki, merupakan tembakau khas
yang dihasilkan di daerah besuki. Tembakau ini memiliki kualitas yang baik
karena kesesuaian tanaman dengan karakteristik tanah dan lokasi sehingga
manghasilkan kualitas yang baik.
Tembakau
Madura, sama halnya dengan T.
besuki yang memiliki kasesuaian denga spesifik lokasinya. Selain itu juga ada tembakau deli dan tembakau temanggung.
Tembakau
kasturi, merupakan jenis tembakau
yang memiliki karakteristik hamper sama dengan tembakau nao-ogs namun pada
tembakau ini banyak dimanfaatkan sebagai tembakau Rajang.
Setiapjenis
tembakau memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing antara lain:
Tembakau Na-oogs kelebihan tembakau ini memiliki nilai
jual yang tinggi, produksifitas tinggi jika pengolahan optimum. Kekrurangan
yang utama adalah biaya budidaya yang mahal dan memerlukan teknologi yang cukup
tinggi.
Tembakau
besuki, deli, Madura dan temanggung kelebihan
tanaman ini dapat berkembang dengan baik pada spesifik lokasi yang sesuai
dengan daerahnya. Sedangkan kekurangannya perluasan perkembangannya sempit.
Tembakau kasturi, kelebihannya yakni mudah dibudidaya,
biaya sedang dan banyak dibutukhan dimasyarakat. Sedangkan kekurangannya harga
yang relative rendah jika disbanding Na-oogs.
Tembakau perkebunan/ tembakau bawah naungan (TBN)
merupakan tembakau dengan nilai jual tinggi namun pembiayaan yang sangat tinggi
serta teknik bdidaya dan perawatan yang tergolong sulit.
BAB 5.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dan pengamatan yang dilakukan dapat diambil
beberapa kesimpulan antara lain:
1.
Identifikasi
tanaman tembakau sangat penting dilakukan untuk mengetahui karakteristik
spesifik lokasi serta bagaimana metode dan teknik pembudidayaan yang baik pada
setiap jenis tembakau.
2.
Diketahui bahwa
pada setiapjenis tembakau menunjukkan hasil identifikasi yang berbeda-beda
karena setiap jenis memiliki karakteristik spesifik lokasi maupun morfologinya.
3.
Kekurangan dan
kelebihan tembakau pada umumnya ditinjau dari nilai jual, tingkat kesulitan
pembudidayaan serta karakteristik spesifiklokasinya.
5.2 Saran
Perlunya dilakukan penjelasan yang
lebih mendalam sebelum terjun ke lapang sehingga diharapkan praktikan mampu
menerima dengan mudah materi-materi yang disampaikan dilapang.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 1993. Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran
Tembakau. Penerbit Swadaya, Jakarta
Diah, Mardani. 2008. Pengaruh Pupuk Kompos Serta Za Terhadap ]
Pertumbuhan Tembakau Rakyat (Nicotiana Tabacum). Fakultas Pertanian Institut Pertanian (INTAN) Yogyakarta
Hassanudin, agus. 2009. Status Pertembakauan Nasional. Direktorat Budi
Daya Tanaman Semusim, Direktorat Jenderal Perkebunan
Herwati,Anik
dan Sri Yulaikah.2011. Keragaan Sumberdaya Genetik Tembakau Lokal Lumajang .Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat.
Jumin, H. B., 1998. Dasar-dasar Agronomi. Rajawali Pers. Jakarta
Mukani. 2008. Identifikasi Faktor Penyebab Lambannya Alih Teknologi Pada
Usahatani Tembakau Virginia di Kabupaten Bojonegoro. Indonesian Tobacco and Fibre Crops Research Institute Volume 5 Nomor 2,
Setiawan, Abdus. 2008. Permasalahan Agribisnis Tembakau Di Tingkat Petani.
Jurnal Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI)
Suwarso, Dkk. 2010. Uji
Produktivitas Dan Mutu Tiga Varietas Tembakau Oriental Di Indonesia. Jurnal Littri 16(3), September 2010. Hlm.
112 – 118 ISSN
0853 – 8212
Tidak ada komentar:
Posting Komentar