HAMA PADA TANAMAN PADI
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Padi (bahasa latin:
Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam
peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga
digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang
biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari India atau Indocina
dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia
sekitar 1500 SM. Pada umumnya padi dibudidayakan pada sawah lahan basah, hal
ini karena untuk menunjang pertumbuhan padi itu sendiri yang membutuhkan banyak
air. Cirri-ciri umum dari tanaman padi antara lain berakar serabut; batang
sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun
yang terbentuk akan saling menopang daun sempurna dengan pelepah tegak, daun
berbentuk lanset, warna hijau muda umumnya pada saat masa vegetative awal.
Sedangkan hijau tua ketika tanaman mulai melakukan pertumbuhan, berurat daun
sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang.
Dapat kita ketahui
sampai saat ini saja tingkat kemerosotan produktifitas tanaman padi sangat
tinggi. Hal ini yang berdampak pada dilakukannya impor dari Negara lain
sehingga hasil produksi padi kita kalah bersaing. Oleh karaena itu, perlu
dilakukannya system pembudidayaan tanaman padi yang baik serta cara
pengendalian yang tepat yakni PHT pengendalian hama/penyakit secara terpadu dan
berwawasan lingkungan. Dengan dilakukannya pemnbudidayaan dan pengendalian yang
tepat maka penyebaran hama dan penyakit pada tanaman padi akan dapat dicegah
dan diminimalisir. Secara umum telah banyak ditemukan padi dengan varietas
tahan namun jika hal tersebut tidak diimbangi dengan system budidaya yang baik
dan pengendalian yang tepat maka varietas yang ditemukan akan terasa sia-sia.
Hal ini karena hama dan penyakit juga mampu melakukan adaptasi dengan kondisi
varietas tersebut yang nantinya juga dapat menyerang varietas tersebut.
Ketahanan hama dan penyakit ini juga akan terus berkembang jika tidak ada
pemutusan siklus hidup melalui rotasi tanaman.
Serangga merupakan kelompok
organisme yang paling beragam jenis dan selalu mendominasi populasi mahluk
hidup di muka bumi, baik yang hidup di bawah,pada dan di atas permukaan tanah.
Oleh karena itu hampir semua jenis tanaman baik yang dibudidayakan maupun yang
berfungsi sebagai gulma selalu diganggu oleh kehadiran serangga hama tersebut.
Dengan demikian dalam proses produksi , masalah hamantersebut tidak bisa
diabaikan, karena akan mempengaruhi produksi secara kualitatif maupun
kuantitatif dan mampu merurunkan produksi sebesar 20,7%, bahkan menyebabkan
kegagalan panen, kalau tidak dilakukan pengendalian secara efektif. Oleh karena
itu petani selalu melakukan upaya pengendalian terhadap gangguan hama tersebut dengan
berbagai teknik pengendalian yang umumnya masih mengandalkan pestisida kimia.
Demikian juga halnya pada tanaman padi terdapat berbagai jenis serangga hama dari
berbagai ordo yang tingkat gangguannya berbeda pada setiap fase pertumbuhan .
Penggerek batang,
misalnya sudah lama dikenal di Indonesia sebagai hama utama pada tanaman padi
karena larvanya memakan dan mematikan tunas. Selama fase vegetative [stadia
muda] larva penggerek batang merusak padi dengan cara memakan bagian dalam. Hal
ini akan mematikan tunas tanaman dan gejala kematian tanaman pada fase ini
umumnya
disebut “sundep” Pengkajian yang dilakukan menunjukkan bahwa adanya sundep yang
terjadi pada fase vegetatif awal sampai mencapai 30% tidak akan menyebabkan
kehilangan hasil terutama bagi varitas yang mampu membentuk anakan banyak
selama fase vegetatif dan selanjutnya menjadi anakan produktif. Sedangkan kerusakan
yang terjadi pada fase reproduktif disebut dengan gejala “beluk”.
1.2
Tujuan
1. Untuk mengetahui macam-macam hama
dari tanaman padi?
2. Untuk mengetahui identivikasi dari hama tanaman
padi serta menentukan solusi pengendaliannya?
BAB
2 TINJAUAN PUSTAKA
Dalam mempelajari
bioekologi hama ada banyak komponen yang perlu dipertimbangkan, namun yang
prinsip terdapat tiga komponen utama yang saling berkaitan satu dengan lainnya.
Komponen tersebut adalah hama itu sendiri yang sangat tergantung dengan faktor
makanan (inang), yang tentu akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
suatu jenis serangga hama. Tanaman (inang) dalam pertumbuhan dan perkembangannya
akan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, baik yang bersifat biotik
maupun abiotik. Demikian juga sebaliknya tanaman akan dipengaruhi secara langsung
oleh kehadiran penganggu tanaman yang disebut hama.Dan hama juga akan dipengaruhi
oleh cocok dan tidaknya lingkungan (biotik maupun abiotik) tempat hidupnya (Widiarta,
2005).
Pada segitiga ekologi
inang, hama dan lingkungan ketiganya saling berkaitan tentang masalah ekibat
yang ditimbulkan. Demikian seterusnya ketiga faktor tersebut akan saling
mempengaruhi antara sayu dengan lainnya., sehingga sering disebut dengan
istilah “segitiga hama” . Sebenarnya keterkaitan hubungan antara komponen dalam
segitiga hama tersebut akan sangat dipengaruhi oleh satu komponen yang selalu
mengintervensi ketiga komponen tersebut melalui usaha budidaya. Komponen keempat
tersebut adalah manusia, yang selanjutnya keempat komponen yang saling
berpengaruh tersebut dikenal dengan istilah “segi empat hama”(Siregar, 2007).
Dengan mempelajari
perilaku pertumbuhan serangga para pakar pengendalian hama serangga
mengembangkan cara-cara pengendalian dengan menggunakan pengatur tumbuh (insect
growth regulators, IGR). Salah satunya adalah pengendalian dengan hormon
pertumbuhan, yang mengganggu pembentukan kutikel pada saat ganti kulit. Cara ini
sangat efektif dan selektif (tidak mengganggu serangga yang bukan sasaran)
karena hanya mempengaruhi serangga sasaran (sudibya, 2007).
Penggerek batang
dibedakan menjadi tiga kelompok: dua spesies Scirpophaga, dua spesies Chilo,
dan Sesamia. Telur, larvva, kepompong dan dewasa dari masing-masing kelompok
ini dapast dibedakan. Tetapi untuk membedakan telur , larva dan kepompong masing-masing
spesies pada setiap kelompok sangat sulit. Namun hal yang penting adalah bahwa
kita mampu mengidentifikasi secara umum perbedaan kelompok telur, larva dan
dewasa dari ketiga kelompok penggerek tersebut di sawah (Wiraatmaja, 2006).
Pengamatan merupakan
kegiatan yang sangat penting dalam usaha budidaya pertanian, baik pengamatan
tanaman maupun perkebangan serangga yang terdapat pada pertanaman tersebut.
Oleh karena itu seorang petani atau petugas pertanian lapangan seharusnya melakukan
pengamatan secara reguler untuk mengetahui kondisi tanaman dan hama untuk
merencanakan opengendalian yang paling tepat. Pada pengamatan penggerek batang
padi, saat pengamatan paling penting dilakukan pada saat pemmbentukan anakan dan
pada stadia bunting. Apabila di sawah terlihat ngengat penggerek batang atau
didekat sumber cahaya seperti lampu, maka sebaiknya diadakan pengamatan seksama
terhadap kelompok telur. Dari waktu rtanam hingga waktu pengisian malai, ambang
pengendalian adalah 2 kelompok telur per 20 rumpun. Sedangkan dari masa
pengisian sampai akhir masa pembungaan ambang pengendalian adalah 1 kelompok
telur per 20 rumpun. Hal penting adalah walaupun sudah melampau ambang
pengendalian, bukan berarti penggunaan insektisida langsung digunakan, namun
perlu pengamatan kelompok telur yang dijumpai dengan cara memelihara kelompok
telur tersebut (Emmanuel, 2011)
Identifikasi dan
klasifikasi serangga Pengetahuan mengenai klasifikasi serangga diperlukan agar
jenis-jenis serangga yang demikian banyaknya dapat dibedakan. Misalnya, dari
sekian banyak serangga yang menjadi hama tanaman padi, perlu diketahui
jenis-jenisnya, karena mereka memiliki perilaku hidup yang berbeda, menyerang bagian
tanaman yang berbeda (daun, buah, batang, akar) menyebabkan kerugian yang
berbeda sehingga berbeda pula cara penanganannya (Siregar, 2007).
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No
|
Jenis Hama
|
Identifikasi
|
1
|
Belalang Hijau
|
Oxya
umumnya menyerang tanaman padi sawah. Siklus hidup serangga ini dalam 1
generasi membutuhkan waktu 3-3,5 bulan. Siklus dimulai dari telur menetas
setelah 4minggu, kemudian tahap perkembangan telur, nimfa dan imago. Belalang
berwarna hijau, sayap belakang berwarna abu-abu kecoklatan, kaki belakang
besar berfungsi untuk melompat.
|
2
|
Keong Mas
|
Pomacea canaliculata merupakan
hama yang termasuk mollusca yang tidak beruas, badannya lunak, bias
mengeluarkan lender dan pada umumnya memiliki rumah yang terbuat dari zat
kapur. Mollusca merupakan hewan hidup pada daerah lembab, pada umumnya pada
siang hari bersembunyi pada tempat teduh
|
3
|
Walang sangit
|
Laptocorisa oratorius
memiliki
alat mulut yang tajam seperti jarum yang digunakan untuk menghisap cairan
gabah, memilii bau sangit, berkaki panjang, berantena. Walang sanging muda
berwarna hijau dan dewasa berwarna coklat. Biasanya menyerang padi yang masak
susu. Menghisap cairan sehingga gabah menjadi hampa
|
4
|
Kepik hijau
|
Kepik
hijau berbetuk silindris, berwarna hijau, memiliki alat mulut pencucuk dan
penghisap, hama ini menyerang tanaman padi dengan mehisap cairan pada batang
dan daun padi sehingga timbul bercak coklat.
|
5
|
Wereng
|
Nilaparvata lugens berwarna
coklat, memiliki alat mulut pencucuk penghisap, berukuran kecil, hidupnya
bergerombol. merupakan hama yang menghisap tanaman padi, padi yang terserang
tidak dapat berkembang dengan baik menjadi kerdil.
|
6
|
Burung
|
Merupakan
hama yang menyerang pada saat masak susu sampai panen. hama ini hanya
menyerang pada bagian bulir saja.
|
4.2 Pembahasan
Berdasarkan
hasil observasi serta wawancara yang dilakukan kepada petani diketahui bahwa
terdapat beberapa hama yang menyerang tanaman padi petani daerah ajung ini.
Tidak semua hama menjadi pengganggu utama pada daerah ajung ini, hanya beberapa
hama yang menjadi masalah bagi peningkatan produktifitas pertanian. Hama yang
paling dominan pada tanaman padi petani yakni “wereng coklat”. Hama ini menjadi
hama utama karena system tanam petani yang kurang baik yang tidak pernah
melakukan rotasi tanaman dalam proses budidayanya. Dengan system tanam yang
seperti ini maka siklus hidup hama tidak akan terputus sehingga perkembang
biakannya akan terus berlangsung.
· Wereng
penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi
berpunggung putih (Sogatella furcifera) dan Wereng penyerang daun padi: wereng
padi hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep). Merusak dengan cara
mengisap cairan batang padi dan dapat menularkan virus. Beberapa dari jenis
wereng ini dapat berperan sebagai vector penyebaran penyakit diantaranya
penyakit tungro dan kerdil rumput.
Gejala: terjadi perubahan warna pada
daun dan batang tanaman padi yang menjadi kecoklatan. Serangan awal tanaman
padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti terbakar, tanaman
yang tidak mengering menjadi kerdil.tanaman yang telah terserang pada umumnya
tidak dapat tumbuh dengan sempurna serta tanaman tersebut tidak dapat
menghasilkan bulir padi. Pada serangan yang parang petani dapat pemperoleh
kerugian hingga 90% artinya petani gagal panen karena tidak adanya bulir padi
yang dihasilkan.
Pengendalian: (1) bertanam padi
serempak, selain itu perlu dilakukan rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup
hama tersebut, langkah awal yang dapat diterapkan yakni menggunakan varitas
tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR- 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan
lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah;
(2) penyemprotan BVR
·
Walang sangit (Leptocoriza aratorius)
Walang sangit merupaka
sejenis serangga yang tergolong kedalam family belalang yang menyerang pada
bulir tanaman padi. Hama ini hanya menyerang pada bulir tanaman padi yang masih
dalam fase pengisian. Hama ini terus dapat bertahan jika pada sekeliling
tanaman pokok terdapat inang sebagai tanaman alternatifnya.
Gejala: buah padi hampa atau berkualitas
rendah seperti berkerut, hal ini karena pada saat fase penyusuan cairan pada
bulir tanaman padi dihisap sehingga bulir padi tidak dapat menghasilkan isi, bulir
padi yang terserang berwarna berwarna coklat dan jika bulir padi masih bisa
berkembang maka kualitas padi jelek atau rasanya tidak enak; pada daun terdapat
bercak bekas isapan dan bulir padi berbintik-bintik hitam.
Pengendalian:
(1) bertanam serempak, peningkatankebersihan, mengumpulkan dan memusnahkan telur,
melepas musuh alami seperti jangkrik, laba-laba, penyemprotan BVR atau PESTONA
·
Hama putih (Nymphula depunctalis)
Hama putih ini
merupakan sejenis hama yang memiliki bentuk seperti kupu-kupu atau ngengat yang
memiliki karakteristik berwarna putih dan terdapat bulu-bulu halus pada sekitar
tubuhnya. Hama ppada umumnya menyerang dan menempel pada tanaman padi sehingga
padi tampak berwarna keputih-putihan bersifat semi aquatic (menggantungkan
hidup pada air untuk bernafas).
Gejala: hama ini umumnya menyerang daun
bibit, kerusakan berupa titik-titik yang memanjang sejajar tulang daun, ulat
menggulung daun padi.
Pengendalian: (1) pengaturan air yang
baik, penggunaan bibit sehat, melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun;
(2) menggunakan BVR atau Pestona · Kepik
hijau (Nezara viridula)
Menyerang batang dan buah padi.kepik ini
menyerang dengan menghisap cairan pada batang tanaman, sehingga padabagian yang
terhisap terdapat bercak-bercak kehitaman. Pada serangan yang parah dapat
mengakibatkan tanaman layu atau rebah.
Gejala: pada batang tanaman terdapat
bekas tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan
pertumbuhan tanaman terganggu. Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan
telur-telurnya, penyemprotan BVR atau PESTONA
· Burung
Burung merupakan hama yang aktif
menyerang pada tanaman padi ketika pada fase penyusuan sampai terbentuknya
bulir. Hama burung ini menyerang tanaman
padi karena merupakan sumber makanan bagi hama tersebut. Hama burung hanya
menyerang pada bagian bulir saja tanpa merusak bagian tanaman padi yang
lainnya. Gejala: Menyerang menjelang panen, tangkai buah patah, biji
berserakan.bulir yang dihasilkan umumnya hampa dan jumlah malai berkurang.
Pengendalian: mengusir dengan
bunyi-bunyian atau orang-orangan.
Keong
Mas (Pomacea
canaliculata)
merupakan
hama yang termasuk mollusca yang tidak beruas, badannya lunak, bias
mengeluarkan lender dan pada umumnya memiliki rumah yang terbuat dari zat
kapur. Mollusca merupakan hewan hidup pada daerah lembab, pada umumnya pada
siang hari bersembunyi pada tempat teduh
Gejala:
menyerang pada padi muda (semai, masa tanam sampai beberapa minggu setelah
tanam), padi patah karena bagian tunas dan daun muda dimakan
Pengendalian:
secara manual (mekanis diambil dan dibuang)
BAB
5. KESIMPULAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan yakni.
1. Hama
utama yang menyerang tanaman padi pada daerah ajung atau jember selatan ini
antara lain wereng, walang sangit, hama putih, kepik hijau dan burung.
2. Hama
pada temapat ini terus berkembang karena system tanam petani yang kurang tepat,
tanpa melakukan rotasi tanaman sehingga siklus hidup hama terus berlanjut
bahkan terjadi peledakan hama.
3. Cara
pengendalian yang kurang tepat serta tanpa mempertimbangkan aspek lingkungan
dapat mengakibatkan hama menjadi seristen terhadap pestisida yang diberikan.
Rekomendasi
Untuk mencegah
timbulnya serangan hama yang besar langkah awal yang harus dilakukan petani
yakni dengan melakukan system monitoring. Hal ini bertujuan agar petani dapat
mengetahui perkembangan dari tanaman mereka serta dapat memperkirakan waktu
pengendalian jika sudah mulai terdapat serangan pada tanaman. Dengan monitoring
petani dapat melakukan pencegahan sebelum terjadinya serangan pada komoditas
pertaniannya. Langkah ini juga efektif untuk meningkatkan produktifitas dengan
control terhadap pertumbuhan tanaman.
Selanjutnya
petani perlu melakukan rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup hama. Dengan
rotasi tanaman ini maka tidak akan tersedia lagi makanan bagi hama sehingga
dapat menurunkan populasi hama. Selain
itu penting pila dilakukan pembersihan lahan untuk menghilangkan tanaman atau
gulma yang dapat menjadi inang alternative bagi hama. Sebab beberapa hama dapat
bertahan pada inang alternative yang ada. Selanjutnya pada saat melakukan
pengendalian harus berdasar pada aspek lingkungan untuk menjaga keseimbangan
ekosistem lingkungan. Pengendalian yang dilakukan harus tepat dosis, tepat
sasaran dan tepat waktu. Tepat dosis artinya dosis pestisida yang digunakan
tidak terlalu tinggi agar tidak membunuh predator dari hama serta tidak
menimbulkan residu berbahaya pada tanah dan produk pertaniannya. Tepat sasaran
artinya pestisida yang digunakan diusahakan semaksimal mungkin hanya
berpengaruh pada hama yang kita tuju sehingga tidak mematikan predator hamanya.
Tepat waktu artinya waktu penyemprotan harus disesuaikan dengan kondisi
serangan yang terjadi sehingga pestisida tidak tebuang sia-sia. Selain itu
dalam pengaplikasian pestisida juga harus mempertimbangkan arah angin agar
tidak berdampak negative bagi makhluk lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Emmanuel,
J. Y. dan Werdha, K. I. 2011. Penanggulangan hama walang sangit (leptocorisa oratorius) di daerah
Sumatra selatan. Makara sains. Vol 15. No 1 :89-96
Siregas,
A. Z. 2007. Hama-hama Tanaman Padi. USU Respository. Vol. 29. No. 3 : 1-5
Sudibya,
W. 2007. Dasar-dasar dan budidaya tanaman padi sawah. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Widiarta,
I. N. dan Suharto, H. 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi. Vol. 15. No. 3 : 441 – 469
Wiratmaaja,
Y. 2006. Hama dan Penyakit Tanaman Padi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
cara menanggulangi hama burung pipit dan sejenisnya menggunakan ramuan tradisional, tanpa efek samping, tanpa di jaga, tanpa alat, tanpa bayar mahal dsb…silahkan kunjungi…
BalasHapushttp://healdiabet.blogspot.co.id/2016/05/cara-penanggulangan-hama-burung-pipit.html