BAB
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Salah satu usaha untuk
meningkatkan persentase pertumbuhan stek ialah dengan menggunakan jenis hormon
IBA (Indole Butyric Acid) yang
merupakan jenis hormon yang digunakan untuk merangsang pembentukan akar. Hormon
IBA digunakan karena perbanyakan stek mempunyai beberapa kendala, yaitu zat
tumbuh tidak tersebar merata sehingga pertumbuhan stek tidak seragam. IBA
memiliki kandungan kimia yang lebih stabil dan daya kerjanya lebih lama
sehingga dapat memacu pembentukan akar. IBA (Indole Butyric Acid) yang diberikan pada stek akan tetap berada
pada tempat pemberiannya sehingga tidak menghambat pertumbuhan dan perkembangan
tunas. Hormone ini akan merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar sehingga
sistem penyerapan hara akan berlangsung dengan baik sehingga tanaman akan
berkembang secara optimal.
Tanaman yang digunakan
untuk penelitian pengaruh hormone IBA pada pertumbuhan akar yakni tanaman buah
naga. Buah naga yang dipilih adalah buah naga daging putih (Hylocereus undatus). Pemilihan buah naga
putih ini karena memiliki syarat tumbuh yang cocok untuk ditanam di dataran
rendah yakni dengan suhu yang tidak terlalu sejuk, jika buah naga putih ditanam
pada suhu yang relatif sejuk maka produktivitasnya akan berkurang karena akan
lebih banyak tumbuhnya tunas daripada buah. Perlakuan yang diberikan yakni 5
variasi konsentrasi hormon IBA, yaitu 0 ppm, 500 ppm, 1000 ppm, 2000 ppm, dan
4000 ppm dengan setiap perlakuan diulang 5 kali sehingga didapatkan 25 unit eksperimen.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Semakin tinggi konsentrasi IBA,
maka berpengaruh positif terhadap pertumbuhan akar pada stek batang tanaman
buah naga yang meliputi persentase stek yang berakar, panjang akar, dan
biomassa akar. Perlakuan dengan konsentrasi 2000 ppm terjadi peningkatan paling
tinggi sedangkan pada perlakuan dengan konsentasi 500 ppm memberikan pengaruh
terhadap persentase stek yang berakar, panjang akar, dan biomassa akar yang
rendah. Pada konsentrasi 0 ppm yang merupakan kontrol tidak menunjukkan adanya
pertumbuhan akar. Pada konsentrasi 4000 ppm terjadi penurunan.
Pada grafik diatas
menunjukkan adanya perkembangan jumlah akar yang signifikan yang seiring dengan
penambahan IBA sampai pada titik tertentu. Hormon IBA mendorong pembelahan sel
dengan cara mempengaruhi dinding sel epidermis. Induksi auksin dapat mengaktivasi
pompa proton (ion H+) yang terletak pada membran plasma sehingga menyebabkan pH
pada bagian dinding sel lebih rendah dari biasanya, yaitu mendekati pH membran
plasma. Hormon auksin mampu mengendurkan dinding sel epidermis, sehingga
dinding sel epidermis yang sudah kendur menjadi mengembangHal ini dapat
memudahkan air masuk ke dalam batang. Masuknya air ke dalam batang akan memacu
proses perakaran. selain itu masuknya hormon IBA ke dalam dinding sel epidermis
mampu mempengaruhi aktivitas gen dalam memacu transkipsi berulang DNA menjadi m-RNA.
Tersedianya m-RNA ini maka akan terjadi tranlasi m-RNA menjadi enzim yang mempunyai
aktivitas katalis tinggi pada konsentrasi yang rendahOleh karena itu,
penambahan akar sebanding dengan penambahan IBA.
Tersedianya enzim ini maka bahan-bahan
protein atau polisakarida yang menyebar pada dinding sel epidermis dapat dipecah
dengan segera untuk menghasilkan energi yang akan mendukung proses pembentangan
dan pembesaran sel, sehingga mendorong pembelahan sel dan terjadi pertumbuhan
akar.
Pada grafik ditunjukkan bahwa
konsentrasi IBA yang berlebih menyebabkan penurunan pertumbuhan akar. Hal ini
karena hormon IBA yang berlebihan akan menghasilkan etilen. kenaikan
konsentrasi hormon IBA maka akan meningkatkan ACC sintase yang merupakan enzim
untuk mengubah prekursor S-Adenosylmethionine (AdoMet) menjadi 1- Aminocyclopropane-1-carboxylic
acid (ACC) yang selanjutnya menjadi etilen melalui Siklus Yang. Etilen akan
menghambat pemanjangan akar karena pemelaran sel ke samping lebih terpacu
sehingga akar relative membesar namun berhenti memanjang.
BAB
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengamatan pada perlakuan pengaruh hormone IBA terhadap perumbuhan akar buah
naga (Hylocereus undatus),
menunjukkan bahwa penambahan IBA berkorelasi positif terhadap pertumbuhan akar.
Berdasarkan data diketahui penambahan IBA dengan peningkatan dosis dapat
meningkatkan pertumbuhan akar. Pada perlakuan 0 ppm tidak menunjukkan pertumbuhan
pada akar, sedangkan pada dosis 2000 ppm menunjukkan respon yang paling baik
pada pertumbuhan akar. Pada dosis 4000 ppm pertumbuhan akar cenderung menurun
hal ini karena tinggi IBA memacu terbentuknya etilene yang dapat menghambat
pertumbuhan akar.
Sumber:
Shofiana,
Arini dkk. 2013. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Hormon IBA (Indole
Butyric Acid) terhadap Pertumbuhan Akar pada Stek Batang Tanaman Buah Naga (Hylocereus undatus). LenteraBio Vol. 2 No. 1 Januari 2013:101–105
Tidak ada komentar:
Posting Komentar